Bogor, KPonline – Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) mengadakan rapat Konsolidasi Nasional FSPMI yang melibatkan perwakilan pengurus di tingkat DPP FSPMI, DPW FSPMI, KC FSPMI, PP SPA FSPMI hingga PC SPA FSPMI di seluruh Indonesia pada hari senin sampai dengan hari rabu, 14 – 16 Juli 2025 yang berlangsung di Pusdiklat FSPMI, Cisarua, Bogor dipimpin langsung oleh Presiden FSPMI, Riden Hatam Aziz, S.H. Senin (14/7/25).
Dalam Konsolidasi Nasional tersebut, FSPMI yang berafiliasi dengan Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) merencanakan membuat sandingan RUU Ketenagakerjaan versi FSPMI yang akan di bawa ke KSPI kemudian ke Koalisi Serikat Pekerja (KSP) Partai Buruh dan Diskusi Pra Kongres dan Musyawarah Nasional (Munas) FSPMI.
Konsolidasi ini bertujuan untuk mengingatkan kepada seluruh Pimpinan FSPMI dari tingkat Nasional, provinsi, hingga kabupaten atau kota di seluruh Indonesia bahwa FSPMI telah membuat sandingan RUU Ketenagakerjaan yang diajukan oleh FSPMI bersama-sama dengan KSPI dan Koalisi Serikat Pekerja Partai Buruh.
Konsolidasi nasional FSPMI tersebut mengangkat dua agenda utama yaitu pembahasan “Sandingan RUU Ketenagakerjaan Versi FSPMI/KSPI/KSP PB” dan Diskusi Pra-Kongres FSPMI dan Munas FSPMI Tahun 2026 sebagai bagian dari penyusunan arah gerak organisasi jangka panjang dan menyeluruh.
Presiden FSPMI, Riden Hatam Aziz, S.H dalam sambutannya menegaskan pentingnya konsolidasi ini sebagai pondasi dalam menyikapi berbagai tantangan dunia ketenagakerjaan yang semakin kompleks.
“Kita harus menyatukan visi dan strategi dalam menghadapi RUU Ketenagakerjaan yang tidak berpihak kepada buruh. RUU Ketenagakerjaan versi FSPMI ini nantinya akan menjadi senjata perjuangan kita untuk menjawab eksploitasi modern yang dibungkus regulasi,” tegas Riden.
Forum konsolidasi ini menjadi ajang yang konstruktif untuk tukar gagasan atau ide dari para pimpinan FSPMI untuk memperkuat sinergi antar daerah, serta menyatukan narasi besar perjuangan kaum buruh. Setiap Ketua DPW diberi kesempatan menyampaikan gagasan secara objektif dilapangan kemudian melaporkan ke forum kemudian diputuskan hasil dari diskusi pada isu strategis seperti tekanan globalisasi, digitalisasi industri, PKB, Upah hingga penguatan jaminan sosial yang belum ada di Undang undang sebelumnya.
Dengan konsolidasi ini, FSPMI menunjukkan bahwa kekuatan buruh terletak pada kesatuan langkah dan arah perjuangan. Diskusi yang terbuka, kritis dan penuh semangat menjadi bukti bahwa FSPMI bukan hanya kuat di akar rumput, tetapi juga solid dalam strategi nasional, demi memperjuangkan hak buruh dan masa depan rakyat pekerja Indonesia.


