PP SPAI FSPMI Gelar Pendidikan TOT di Surabaya, Dua Kader Pasuruan Siap jadi Fasilitator Handal

Pasuruan, KPonline — Pendidikan Spesialisasi Training of Trainer (TOT) adalah wujud komitmen dari Pimpinan Pusat Serikat Pekerja Aneka Industri Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (PP SPAI FSPMI) hasil dari Rakernas IV PP SPAI FSPMI di Bandung Juli 2025 silam, bahwa pelaksanaan TOT di Jawa Timur menjadi program kerja yang harus direalisasikan.

Bacaan Lainnya

 

Kegiatan TOT yang berlangsung selama tiga hari (6-8/10/2025) di Grand Darmo Suite Hotel Surabaya, dan diikuti oleh perwakilan Pengurus Pimpinan Cabang (PC) berbagai daerah. Kabupaten Pasuruan mendelegasikan dua kader terbaik untuk turut serta dalam agenda pendidikan spesialisasi ini, yakni Adi Kurniawan dari PUK SPAI FSPMI PG Kedawung, yang juga menjabat sebagai Sekretaris Bidang Pendidikan PC SPAI FSPMI Pasuruan, serta Ike Murnia Ningsih dari PUK SPAI FSPMI PT. King Jim Indonesia, yang aktif sebagai Ketua Bidang Perempuan dan Pekerja Muda di PUK, Sekretaris Bidang Perempuan dan Pekerja Muda di PC SPAI FSPMI Pasuruan dan Konsulat Cabang FSPMI Pasuruan, serta Ketua Bidang Penggalangan Dana di Exco Partai Buruh Kabupaten Pasuruan.

 

Dalam pernyataannya, Ike Murnia Ningsih mengungkapkan bahwa keikutsertaannya dalam TOT ini bertujuan untuk memperdalam ilmu tentang fasilitator agar dapat diterapkan di Pasururuan.

“Saya ingin mempelajari segala hal terkait fasilitator, agar nantinya bisa diterapkan untuk kemajuan organisasi, khususnya SPAI FSPMI,” ujarnya.

Ike juga berharap dapat menjadi fasilitator yang mampu menyampaikan materi dengan baik dan mudah dipahami audiens.

“Saya ingin menjadi fasilitator yang tidak hanya paham teori, tapi juga mampu mempraktekkan langsung di lapangan demi kemajuan organisasi, terutama aggota,” tambahnya.

 

Selama mengikuti pendidikan TOT, Ike mengaku mendapatkan banyak ilmu baru, mulai dari cara mempersiapkan diri sebagai fasilitator, memahami karakter audiens, hingga menghadapi berbagai kendala di lapangan dan menemukan solusi terbaik.

 

Salah satu momen yang paling berkesan baginya adalah saat peserta diminta tampil di depan audiens tanpa alat bantu.

“Ada yang pembahasannya melenceng, ada yang tiba-tiba blank karena digoda peserta lain. Tapi dari situ kita belajar bahwa fasilitator sejati harus bisa menguasai situasi apa pun,” ungkapnya.

 

Setelah menyelesaikan pendidikan TOT, Ike berkomitmen untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pendidikan di SPAI FSPMI, serta siap melaksanakan pelatihan mandiri sesuai dengan AD/ART organisasi.

 

Ia juga memberikan masukan agar program TOT ini tidak berhenti di pelatihan semata, tetapi memiliki tindak lanjut berkelanjutan.

“Setelah TOT, sebaiknya peserta tetap mendapat pendampingan dari fasilitator. Tahun pertama membuat materi, tahun kedua menyampaikannya, dan terus dievaluasi agar benar-benar lahir fasilitator yang handal,” sarannya.

 

Ike menilai program TOT ini sangat bermanfaat, tidak hanya untuk mengasah kemampuan komunikasi di depan umum, tetapi juga sebagai sarana pengembangan kader dan kemandirian organisasi.

“Dengan adanya Pendidikan TOT, Pimpinan Pusat akan lebih terbantu karena di tingkat Pimpinan Cabang sudah ada kader yang siap mengelola dan melaksanakan pendidikan bagi anggota,” ujarnya.

 

Dari segi pelaksanaan, Ike menilai bahwa Panitia dan Mentor telah menjalankan tugas dengan baik. Seluruh materi tetap tersampaikan dengan efektif.

Sementara dari sisi fasilitas, hotel dinilai nyaman dan pelayanan ramah, meskipun ruang kelas yang memanjang sedikit menyulitkan Peserta di bagian belakang untuk melihat slide presentasi, tetapi tentunya dapat menjadi bahan evaluasi kedepannya saat mengadakan sebuah agenda Pendidikan.

 

Secara keseluruhan, Ike mengapresiasi biaya Pelatihan yang dinilai terjangkau dengan fasilitas memadai. Ia berharap Pelatihan seperti ini dapat terus dilakukan secara rutin dan berjenjang agar semakin banyak kader dari SPAI FSPMI yang terampil menjadi fasilitator di tingkat Pimpinan Cabang maupun Pimpinan Unit Kerja.

 

“TOT ini bukan sekadar Pelatihan, tetapi investasi jangka panjang untuk keberlangsungan organisasi,” pungkas Ike Murnia Ningsih.

(Natalia – Kontributor Surabaya)

Pos terkait