Purwakarta, KPonline – Ketua Majelis Nasional (MN) Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) yang juga Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) dan Partai Buruh, Said Iqbal, hadir dalam Konsolidasi Ideologi yang digelar Dewan Pimpinan Pusat (DPP) FSPMI di Kantor Konsulat Cabang FSPMI Purwakarta, Kamis (12/8). Dalam forum itu, ia menyampaikan sejumlah poin penting mulai dari usulan kenaikan upah 2026, hingga penguatan Partai Buruh.
Iqbal mengusulkan agar upah tahun 2026 naik 8,5 persen hingga 10,5 persen. Menurutnya, angka ini adalah tuntutan realistis yang didasarkan pada inflasi ditambah indeks dan putusan Mahkamah Konstitusi (MK) prihal (Omnibuslaw) UU Cipta Kerja. “Ayo berjuang di dewan pengupahan. Siapkan aksi-aksi. Karena kamu yang berjuang, kamu yang menentukan, itulah FSPMI,” tegasnya.
Politik Dimulai dari Rumah
Di bidang politik, Said Iqbal menekankan pentingnya membesarkan Partai Buruh. Baginya, perjuangan tidak hanya di jalanan atau meja perundingan, tetapi juga di bilik suara. “Itu dimulai dari keluarga, dari istri dan anak. Konsistenlah memilih Partai Buruh, karena ini rumah perjuangan kita,” ujarnya.
Ia juga menegaskan, garda terakhir dalam menolak Omnibuslaw saat itu adalah FSPMI, KSPI, KSPSI AGN, dan Partai Buruh.
Instruksi untuk PUK
Selain agenda nasional, Said Iqbal memberikan instruksi khusus kepada seluruh Pengurus Unit Kerja (PUK) agar membentuk tiga orang komisaris pabrik di tiap perusahaan. Langkah ini disebut penting untuk memperkuat organisasi di tingkat pabrik.
Ia juga mengingatkan bahwa Kongres FSPMI akan berlangsung pada 8–10 Februari 2026 di Jakarta. “FSPMI punya karakter tersendiri dalam berdemokrasi. Kita selalu membangun musyawarah dalam segala hal, termasuk pemilihan pimpinan,” katanya.
Tiga Hal Kekuatan FSPMI
Dihadapan peserta konsolidasi, Iqbal mengungkap tiga hal yang membuat FSPMI kuat dan dihormati:
1. Iuran anggota yang konsisten dan terkelola baik.
2. Keanggotaan yang terstruktur dan terus meningkat.
3. Kemampuan menciptakan isu sendiri yang relevan dan strategis.
“Tiga hal ini hanya akan berjalan jika kepemimpinan kita benar,” ujarnya.
Intinya, konsolidasi ideologi ini menjadi momentum untuk menguatkan barisan gerakan buruh,jelang aksi besar 28 Agustus dan menghadapi dinamika perundingan upah 2026. Bagi Iqbal, perjuangan FSPMI bukan sekadar reaktif terhadap kebijakan, tapi membangun arah gerakan yang jelas .