Pekerja Muda Harus Berani Bersuara dan Siap Jadi Pemimpin Serikat

Pekerja Muda Harus Berani Bersuara dan Siap Jadi Pemimpin Serikat
Tri Agung Setiawan mengisi materi dalam Jambore Pekerja Muda FSPMI Jawa tengah, Sabtu (2/8/2025). Foto: Merlin Sanjaya, MP Jateng

Kendal, KPonline – Dalam sesi penyampaian materi Peran Pekerja Muda dalam Pergerakan Organisasi di Jambore Pekerja Muda FSPMI Jawa tengah 2025 pada Sbtu (2/8/2025), Tri Agung Setiawan, Wakil Presiden Bidang Pekerja Muda DPP FSPMI, menyampaikan pentingnya peran strategis generasi muda dalam menjaga dan meneruskan roda perjuangan serikat pekerja.

Tri Agung menegaskan bahwa kebebasan berpikir dan berekspresi adalah hak setiap pekerja, termasuk di dalam organisasi. Oleh karena itu, para pekerja muda tidak perlu takut untuk menyampaikan pendapat, kritik, atau gagasan dalam ruang organisasi.

“Bagaimana kita bisa berekspresi jika berpikir saja dibatasi? Maka dari itu, kawan-kawan tidak usah takut menyampaikan pendapat. Berpikir itu merdeka, dan pikiran harus bisa disuarakan,” tegasnya.

Ia menjelaskan bahwa program pekerja muda di FSPMI bukan hanya untuk membangun solidaritas, tetapi juga mendorong kesadaran agar generasi muda aktif dalam kegiatan serikat, dan bahkan mengambil bagian dalam struktur kepengurusan.

Tri Agung juga menyoroti berbagai isu yang dihadapi pekerja muda saat ini, seperti maraknya sistem outsourcing, pekerja magang, dan ketidakpastian status kerja. Dalam kondisi seperti ini, pekerja muda harus tampil sebagai pelindung sekaligus pembela terhadap sesama buruh muda melalui peran aktif di dalam organisasi.

“Kita harus berani masuk ke struktur organisasi, agar bisa ikut menyusun strategi perjuangan dan kebijakan perlindungan yang menyasar langsung kebutuhan generasi kita,” ujarnya.

Tak hanya itu, Tri Agung juga menekankan pentingnya inovasi dan adaptasi teknologi dalam perjuangan buruh. Ia mencontohkan bagaimana pekerja muda bisa mendorong digitalisasi sistem kerja, seperti usulan untuk mengganti pengajuan cuti manual menjadi sistem digital yang lebih efisien dan transparan.

“Pekerja muda bisa menjadi jembatan perubahan. Kita bisa mengusulkan inovasi ke manajemen agar proses kerja lebih efektif. Itulah bentuk kontribusi pekerja muda sebagai bagian dari kemajuan,” tambahnya.

Mengakhiri sesinya, Tri Agung menegaskan bahwa pekerja muda harus siap menjadi pemimpin, baik di tingkat unit kerja maupun dalam struktur organisasi yang lebih luas. Regenerasi tidak bisa ditunda, dan hanya dengan kesiapan kader mudalah organisasi bisa terus bertahan dan berkembang. (Ain)