Ngosrek Bareng Cinta Purwakarta, Rekor MURI untuk Purwakarta dan Om Zein

Ngosrek Bareng Cinta Purwakarta, Rekor MURI untuk Purwakarta dan Om Zein
Foto by Sinarjabar.com

Purwakarta, KPonline – Dibalik sejuknya Situ Wanayasa yang membawa aroma tanah basah dan kenangan leluhur, sebuah momen abadi tercatat dalam sejarah, dimana Bupati Purwakarta Saepul Bahri Binzein atau yang lebih akrab disapa Om Zein menerima Piagam Rekor MURI untuk kerja bakti bersih jalan dengan peserta terbanyak. Piagam itu, bernomor 11285/R.MURI/VII/2025, diserahkan oleh Senior Manager MURI, Triyono, tepat pada Selasa pagi yang teduh, 22 Juli 2025, di Gedung Kahuripan, jantung semangat Purwakarta.

Selasa ini bukan hari biasa. Langit seakan ikut merayakan. Burung-burung berkicau sedikit lebih merdu, dan dedaunan Situ Wanayasa pun seolah bertepuk tangan. Bagi Om Zein, ini bukan sekadar piagam. Ini adalah gema cinta dari ribuan tangan yang tak kenal lelah menyapu, menyikat, dan merawat jalanan kota yang mereka cintai. Ngosrek bukan hanya gerakan bersih-bersih. Ia telah menjelma menjadi nyanyian kolektif warga yang mencintai tanah kelahirannya.

“Surat Edaran yang saya keluarkan tanggal 7 Maret 2025 lalu bukanlah instruksi, melainkan ajakan tulus,” kata Om Zein dengan suara lirih namun berisi. “Ajakan untuk kembali menyentuh bumi, untuk menyadari bahwa bersih itu bukan hanya tentang fisik, tapi juga tentang batin dan masa depan anak cucu kita.”

Surat Edaran Nomor 100.3.4/104-DLH/2025 tentang Gerakan Ngosrek Bareng itu mengalir ke setiap desa dan kelurahan, seperti air yang menyusup ke sela akar, menghidupkan semangat gotong royong yang nyaris pudar dimakan zaman. Sejak terbitnya surat itu, warga dari berbagai latar belakang, tua-muda, laki-laki-perempuan, bersatu. Tak ada hirarki, tak ada sekat. Semua satu dalam semangat, menyapu jalanan sebagai bentuk cinta pada tanah sendiri (Purwakarta).

Program Ngosrek yang digagas Om Zein tidak hanya mengubah wajah Purwakarta, tapi juga menyulut api semangat yang hangat di dada masyarakat. Ada yang menyebutnya kebangkitan budaya. Ada pula yang menyebutnya revolusi kebersihan. Tapi bagi Om Zein, itu hanyalah bentuk kasih yang sederhana namun dalam.

MURI tak datang dengan gegap gempita. Ia hadir sebagai saksi atas niat baik yang tak dibuat-buat. Sebuah piagam, ya, hanya sebidang kertas dengan tinta dan nomor. Tapi di baliknya, terkandung peluh ribuan warga yang pada pagi hari turun ke jalanan, bukan untuk protes atau pawai, tapi untuk menyapu, mengangkut, dan mencintai.

Purwakarta pun mencatat sejarah. Bukan dengan pertempuran, bukan dengan bangunan tinggi, tapi dengan sapu lidi, semangat gotong royong, dan kepemimpinan seorang bupati yang mengerti bahasa hati rakyatnya.

Perayaan Hari Jadi ke-194 Kota Purwakarta dan ke-57 Kabupaten Purwakarta tahun ini pun terasa lebih bermakna. Tak ada kembang api, tapi ada sinar kebanggaan dari wajah-wajah warga yang merasa menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar dari diri mereka sendiri. Sebuah gerakan, sebuah cerita, yang akan diceritakan kepada anak-anak mereka kelak.

Karena pada akhirnya, kebesaran sebuah kota bukan ditentukan oleh banyaknya gedung menjulang, tapi oleh seberapa dalam warganya mencintai dan merawat tanah yang dipijak. Dan pada tanggal 22 Juli 2025, dunia tahu, di sudut Jawa Barat, ada sebuah kabupaten bernama Purwakarta, yang rakyatnya memilih mencintai lewat Ngosrek.

Dan di tengahnya, berdiri seorang pemimpin, bernama Om Zein, yang membuktikan bahwa dari hal sederhana, sejarah bisa dilahirkan.