Methosa Bukan Bagian dari Partai Buruh, FSPMI Jatim Tegaskan Hanya Pengapresiasi Karya

Methosa Bukan Bagian dari Partai Buruh, FSPMI Jatim Tegaskan Hanya Pengapresiasi Karya

Pasuruan, KPonline – Band Methosa menjadi perbincangan hangat di kalangan aktivis pergerakan dan buruh sejak lagu-lagunya seperti “Bangun Orang Waras” dan “IGUAL” kerap diputar dalam aksi-aksi massa yang digelar FSPMI Jawa Timur. Lagu-lagu yang menyuarakan keresahan rakyat kecil ini dirasa sangat relevan dengan semangat perjuangan kaum buruh.

Methosa, yang digawangi oleh Mansen Munthe, Raden Agung, Kelana Halim, Dami, dan Rina Nose, memang dikenal sebagai grup musik dengan kritik sosial yang tajam. Lirik-lirik mereka menyentuh isu-isu seperti mahalnya pupuk, nasib guru honorer, kerusakan lingkungan, ketimpangan ekonomi, pandemi, hingga isu kesetaraan.

Kehadiran lagu Methosa di jalanan mulai dikenal sejak September 2024, saat digunakan sebagai latar dalam berbagai aksi demonstrasi FSPMI di Surabaya. Sejak saat itu, banyak anggota FSPMI menggunakan lagu-lagu Methosa sebagai latar konten media sosial mereka.

Namun, hal ini memunculkan persepsi publik bahwa Methosa merupakan bagian atau bahkan alat dari Partai Buruh, mengingat mayoritas anggota FSPMI merupakan pendukung partai tersebut.

Menanggapi isu tersebut, Kepala Biro Media Perdjoeangan FSPMI Jawa Timur, Khoirul Anam, menegaskan bahwa Methosa tidak memiliki keterkaitan apapun dengan Partai Buruh.

“Meskipun Partai Buruh sangat menghargai dan mengapresiasi Methosa, saya bisa memastikan bahwa band Methosa tidak ada kaitannya dengan Partai Buruh. Mereka bukan bagian dari partai manapun,” ujar pria yang akrab disapa Cak Anam, Jumat (18/7), saat diskusi santai di Warung Barokah, Gempol, Pasuruan.

Cak Anam menjelaskan bahwa anggota FSPMI hanya merupakan penikmat karya Methosa yang merasa terwakili oleh lagu-lagunya.

“Yang memutar lagu Methosa itu kami, para anggota FSPMI, karena kami cinta karya mereka. Kami merasa lagu-lagu mereka menggambarkan keresahan kami sebagai buruh.”

Ia juga meminta agar tidak ada pihak yang menyudutkan Methosa seolah-olah sedang “bermain di dua kaki”.

“Kami tidak ingin kecintaan kami ini menimbulkan kesalahpahaman tentang posisi ideologis Methosa. Mereka adalah band independen dengan sikap yang jelas—anti partai, termasuk Partai Buruh.”

Di akhir pernyataannya, Cak Anam menyampaikan permintaan maaf kepada para penggemar Methosa jika dukungan dari FSPMI justru menimbulkan kesan seolah Methosa telah berafiliasi secara politik.

“Kami sebagai penggemar hanya ingin mengapresiasi karya mereka. Kami hormat terhadap Methosa, dan kami ingin memastikan bahwa mereka tetap berjalan di rel perjuangan seni mereka sendiri.”

Methosa lebih dikenal di kalangan akar rumput kaum Buruh khususnya FSPMI, kalangan Pimpinan FSPMI seperti belum sepenuhnya tahu Band tersebut, ini juga terbukti dari agenda agenda besar FSPMI terakhir Band yang diundang adalah Slank, Tipe-X, Jamrud, Wali Dewa dan Band Kotak. (Ditulis oleh Bobby K, Foto oleh Jarwo)