Merancang Rencana di Organisasi: Antara Ide, Perbedaan, dan Eksekusi

Merancang Rencana di Organisasi: Antara Ide, Perbedaan, dan Eksekusi

Purwakarta, KPonline – Merancang suatu rencana sering terdengar sederhana, tetapi dalam praktiknya jauh lebih rumit. Apalagi ketika rencana itu dibuat di dalam sebuah organisasi yang dipenuhi dengan banyak kepala, banyak pemikiran, dan banyak kepentingan. Apa yang tampak seperti ide cemerlang di atas kertas, tidak jarang justru tersandung di tahap eksekusi karena perbedaan pandangan yang sepele.

Organisasi ibarat sebuah kapal besar. Agar bisa berlayar dengan baik, diperlukan arah, nahkoda, dan awak yang saling sejalan. Namun, realitasnya, dalam proses menentukan arah sering kali terjadi tarik-menarik kepentingan. Setiap orang membawa perspektif, pengalaman, bahkan ego masing-masing. Di titik inilah merancang rencana menjadi sebuah seni, bukan sekadar teknis menuliskan daftar kerja.

Ada kalanya sebuah ide brilian muncul, namun gagal diwujudkan hanya karena sebagian orang merasa tidak dilibatkan dalam proses perumusan. Rasa memiliki yang rendah membuat eksekusi mandek. Padahal, dalam organisasi, sebaik apa pun sebuah gagasan, ia tidak akan berarti jika tidak dijalankan bersama-sama.

Tantangannya bukan sekadar menghasilkan rencana yang bagus, melainkan membangun konsensus. Mendengar semua pendapat memang menyita waktu, tapi dari situlah tercipta rasa kebersamaan. Menyatukan pandangan memang sulit, tetapi di situlah letak nilai sebuah organisasi.

Merancang rencana di organisasi seharusnya tidak berhenti pada debat panjang. Justru perbedaan pendapat harus dijadikan bahan bakar untuk memperkaya gagasan, bukan alasan untuk menghentikan langkah. Seperti pepatah, “Api akan mati jika hanya ada satu kayu, tapi akan terus menyala jika ada banyak kayu yang saling menopang.”

Artinya, perbedaan bukanlah penghalang, melainkan peluang untuk menciptakan rencana yang lebih matang. Yang dibutuhkan adalah sikap terbuka, mau mendengar, dan berbesar hati menerima bahwa tidak semua ide harus sama.

Pada akhirnya, rencana terbaik adalah rencana yang bisa dieksekusi bersama, meski tidak sempurna, daripada rencana yang sempurna tetapi dibiarkan membusuk di meja rapat. Organisasi yang sehat bukanlah organisasi tanpa perbedaan, melainkan organisasi yang mampu mengubah perbedaan itu menjadi kekuatan.

Narasumber: Fuad BM, Ketua Konsulat Cabang Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) Kabupaten Purwakarta***