Menyatu dengan Zaman, Berjuang dengan Ikhlas: Refleksi dan Harapan dari Panggung Musyawarah Unit Kerja

Menyatu dengan Zaman, Berjuang dengan Ikhlas: Refleksi dan Harapan dari Panggung Musyawarah Unit Kerja

Purwakarta, KPonline – Dalam suasana hangat, gelaran Musyawarah Unit Kerja (Musnik) Ke-5 Pimpinan Unit Kerja (PUK) Serikat Pekerja Automotif Mesin dan Komponen (SPAMK) Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) PT. Ts Tech Indonesia yang dilangsungkan di Harper Hotel, Purwakarta pada Sabtu (19/7/2025), kembali menyatukan berbagai unsur penting organisasi, tokoh masyarakat (Bupati Purwakarta), Dinas Ketenagakerjaan Purwakarta dan Manajemen Perusahaan. Acara ini pun bukan sekadar forum formalitas, melainkan ruang refleksi mendalam tentang arti perjuangan, keikhlasan, serta ketahanan berpikir menjadi bagian dari serikat pekerja di tengah derasnya perubahan zaman.

Diawali dengan salam hangat “Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh” hingga sapaan khas Sunda “Sampurasun”, atmosfer keakraban dan keterbukaan langsung terasa. Dalam sambutan-sambutan yang disampaikan oleh sejumlah tokoh, termasuk dari perwakilan perusahaan dan unsur serikat, tergambar narasi besar bahwa organisasi bukanlah alat perebut kepentingan, melainkan rumah bersama yang terus belajar dari masa lalu untuk mempersiapkan masa depan.

Salah satu narasumber yang cukup mencuri perhatian dalam forum ini yaitu Ketua terpilih PUK Ts Tech Indonesia, Deni Abdul Rahman, periode 2025-2028 menyampaikan refleksi personal yang dalam. Ia mengisahkan pengalamannya yang juga bertugas di bagian hukum, serta bagaimana interaksi dan perjalanan sebelumnya membentuk pemahaman yang matang tentang pentingnya kolaborasi.

“Zaman terus berubah. Kalau kita tidak bisa beradaptasi, ya kita akan dilindas zaman. Kita harus mencintai zaman, berdinamika dengan tantangan yang ada, dan bukan terjebak nostalgia kejayaan yang lewat,” ungkapnya dengan penuh penekanan.

Mengusung tema “Berjuang dengan Keikhlasan, Berpikir dalam Kesulitan”, forum ini menekankan bahwa dalam situasi sosial, ekonomi yang kian kompleks. Apalagi dalam sektor industri, dimana dibutuhkan pemikiran yang tangguh, kerja kolektif, dan semangat yang tidak mudah patah.

“Dunia sedang tidak baik-baik saja. Krisis global, perang dagang, ancaman PHK massal, dan tekanan ekonomi telah membuat banyak orang merasa kecil. Tapi justru di titik itu kita diuji. Siapa yang berpikir besar dalam kesulitan, bukan justru membesar-besarkan kesulitan,” ujarnya.

Pernyataan ini pun diperkuat olehnya dengan mengatakan bahwa musyawarah kali ini bukan hanya evaluasi, tetapi juga panggung untuk melahirkan program-program organisasi yang lebih relevan dan berdampak ke depan. Ia menyebut pentingnya kolaborasi antara serikat pekerja, manajemen, dan pemerintah sebagai kunci menjaga keberlangsungan hidup para pekerja dan masyarakat.

“Kalau tidak bisa kerja sama, semua pihak rugi. Dunia kerja hari ini tidak bisa hanya dipikirkan satu arah. Harus menyatu dalam tindakan kolektif,” katanya.

Salah satu momen yang menggugah ialah ketika disinggung soal “perang” yang tidak lagi berupa kekerasan fisik, melainkan perang harga, perang nilai, dan perang daya tahan.

“Kita semua sedang dalam perang. Tapi bukan lagi dengan senjata. Kita perang harga, perang pemikiran. Kalau mental kita lemah, kita habis,” tegasnya.

Dalam penutupnya, tokoh dari dinas tenaga kerja yang baru saja menjabat menyampaikan bahwa kehadirannya bersama rekan-rekan dinas ingin menjadi jembatan antara dunia birokrasi dan masyarakat pekerja. Ia menegaskan, ke depan pihaknya akan membuka ruang konsultasi dan kerja sama yang lebih luas, agar program pelatihan, perlindungan, dan penempatan kerja bisa lebih tepat sasaran.

“Saya baru tiga hari bertugas, tapi saya bawa semangat besar. Karena hidup saya adalah kegiatan. Dan kegiatan saya adalah untuk hidup banyak orang,” ucapnya.

Dengan harapan dan tekad, forum ini ditutup dengan ajakan agar setiap individu dalam organisasi tidak hanya berpikir, tetapi juga bertindak dengan cinta, ilmu, dan keberanian. Karena di zaman yang keras ini, hanya mereka yang bermental pejuang yang akan bertahan.

“Zaman akan terus bergerak. Tapi perjuangan yang lahir dari keikhlasan tidak akan pernah tertinggal oleh waktu”

Foto by Fajar Setiady