Menjadi Ketua Serikat Pekerja Bukan Soal Jabatan, Tapi Amanah: Kepedulian adalah Nafas Perjuangan

Menjadi Ketua Serikat Pekerja Bukan Soal Jabatan, Tapi Amanah: Kepedulian adalah Nafas Perjuangan

Purwakarta, KPonline – Suasana penuh haru menyelimuti ruang pertemuan Hotel Harper Purwakarta (2/8/2025), saat Ade Supyani resmi dilantik sebagai Ketua Pimpinan Unit Kerja (PUK) Serikat Pekerja Automotif Mesin dan Komponen (SPAMK) FSPMI PT Sumi Indo Wiring Systems dalam gelaran Musyawarah Unit Kerja (Musnik) ke-VI. Dalam sambutannya yang penuh semangat dan ketulusan, Ade Supyani sebagai Ketua PUK Periode 2025-2028 menegaskan bahwa menjadi Ketua PUK bukanlah sebuah anugerah, melainkan sebuah amanah besar yang hanya bisa dijalankan oleh mereka yang memiliki satu modal utama: kepedulian.

“Menjadi Ketua PUK itu bukan soal kehormatan atau kedudukan. Ini amanah, dan modalnya cuma satu—peduli terhadap orang lain. Tanpa kepedulian, mustahil kita mampu memikirkan anggota. Akan terasa berat,” ujar Ade lantang disambut tepuk tangan para hadirin.

Ade Supyani bukan wajah baru dalam pergerakan buruh di PT. Sumi Indo Wiring Systems. Ia sudah lama dikenal sebagai sosok yang konsisten hadir dalam setiap permasalahan yang menimpa anggota. Ketika upah tidak adil, ketika kasus hubungan industrial menjerat anggota, Ade tidak hanya hadir, tetapi ia turun tangan. Baginya, rasa peduli adalah nyawa dari seorang pengurus serikat pekerja.

“Kalau hati kita tidak bergetar melihat ketidakadilan, kalau mata hati kita tidak terusik saat melihat anggota diperlakukan semena-mena, maka sulit menjadi PUK yang sesungguhnya,” tegasnya.

Dalam sambutannya, ia juga menyinggung makna dari sumpah jabatan yang diucapkan para pengurus. Bahwa setelah dilantik, tugas utama seorang PUK adalah mengutamakan kepentingan anggota dan organisasi di atas kepentingan pribadi. “Itu sumpah. Dan sumpah itu berat. Tidak bisa dijalani kalau hanya setengah hati,” tambahnya.

Yang membedakan PUK SPAMK FSPMI PT Sumi Indo dari banyak PUK lain, menurut Ade, adalah kesadaran kolektif anggotanya dalam hal kepedulian sosial. Ia menyebutkan sederet aksi nyata yang telah dilakukan PUK Sumi Indo: menyumbang untuk pembangunan masjid di kantor konsulat cabang (KC), memberikan santunan kepada anak-anak yatim, hingga mendukung perjuangan rakyat Palestina.

“Itu semua dananya dari PUK Sumi Indo. Dan kami melakukannya bukan untuk pencitraan, tapi karena panggilan hati. Saya pribadi hanya berharap mendapat pahala dari Allah SWT,” kata Ade.

Ia juga menegaskan pentingnya nilai berbagi dalam perjuangan kolektif serikat pekerja. Baginya, rezeki tak melulu berbentuk uang. “Kalau kita diberi suami yang baik, kesehatan, anak-anak yang soleh itu juga bentuk rezeki,” ucapnya.

Prestasi yang paling membanggakan bagi PUK Sumi Indo pada tahun ini adalah keberhasilan mereka memperjuangkan kenaikan upah sebesar 6 persen untuk sektor otomotif. Capaian ini menjadikan PUK Sumi Indo sebagai unit kerja dengan tingkat upah tertinggi di Purwakarta tahun 2025.

“Itu semua pertolongan Allah. Tapi di baliknya, ada kerja keras, ada konsolidasi, ada dialog yang panjang. Tidak ada yang instan dalam perjuangan buruh,” jelas Ade.

Kenaikan upah ini bukan hanya simbol kemenangan di atas kertas. Bagi anggota, ini adalah bukti bahwa serikat pekerja yang kuat dan peduli bisa menjadi perisai yang nyata dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi.

Mengakhiri sambutannya, Ade menegaskan bahwa arah perjuangan PUK SPAMK FSPMI PT. Sumi Indo ke depan akan difokuskan pada peningkatan daya tawar terhadap manajemen. Ia menyadari, berhadapan dengan manajemen bukan perkara mudah. Diperlukan persatuan dan kedisiplinan dengan satu komando.

“Kita harus satu intruksi, satu komando. Kalau tidak solid, kita akan mudah dilemahkan,” ujarnya tegas.

Salah satu program utama yang akan digenjot adalah pendidikan dan regenerasi kader. Menurutnya, penting untuk membangun barisan pengurus muda yang paham nilai-nilai perjuangan, peduli terhadap anggota, dan siap melanjutkan estafet kepemimpinan serikat ke depan.

“Regenerasi itu bukan pilihan, tapi kebutuhan. Karena kita tidak tahu sampai kapan kita mampu berdiri di garis depan. Harus ada yang disiapkan,” katanya.

Apa yang disampaikan Ade Supyani dalam Musnik VI bukan hanya retorika. Itu adalah cerminan dari perjalanan panjang sebuah PUK yang tumbuh dari kepekaan sosial dan ketulusan berjuang. Dalam dunia kerja yang keras dan penuh tantangan, kehadiran seorang Ketua PUK seperti Ade Supyani menjadi oase yang menghidupkan kembali semangat solidaritas.

Serikat pekerja bukan tempat mencari popularitas. Ini rumah perjuangan. Dan perjuangan sejati, hanya bisa dilandasi oleh kepedulian yang nyata.

PUK Sumi Indo tidak sedang mengejar pujian. Mereka sedang mengukir sejarah.