Jakarta, KPonline – Memasuki masa masa akhir tahun, seruan untuk menaikkan upah buruh kembali menggema di berbagai daerah. Dan itu menegaskan satu hal penting bahwa upah adalah urat nadi buruh dan tanpa kenaikan upah yang signifikan, daya beli rakyat pekerja akan terus tergerus.
Kenaikan upah dianggap bukan sekadar tuntutan rutin menjelang penetapan Upah Minimum 2026, tetapi kebutuhan mendesak untuk menjaga keseimbangan ekonomi nasional.
Filosofinya kalau upah tidak naik tinggi, daya beli akan jatuh, konsumsi rumah tangga melemah, dan industri pun akan ikut terseret karena produknya tidak ada yang membeli.
Dan perlu diketahui, buruh adalah konsumen utama produk-produk dalam negeri. Maka ketika buruh punya daya beli, ekonomi rakyat pun bergerak. Tapi jika buruh ditekan dengan upah murah, siapa yang akan membeli hasil industri.
#Mengapa Upah Harus Naik Tinggi?
Kenaikan upah tinggi bukan ancaman bagi ekonomi, melainkan stimulus bagi pertumbuhan. Daya beli buruh menyumbang hampir 60 persen terhadap konsumsi nasional, dan konsumsi menjadi penggerak utama PDB Indonesia.
Pengusaha UMKM di kawasan wisata situ Buleud Purwakarta, Faisal Basri, menilai bahwa kebijakan upah yang terlalu konservatif justru membuat ekonomi mandek. “Selama buruh tidak punya uang untuk belanja, permintaan domestik lemah. Padahal kekuatan ekonomi Indonesia itu salah satunya ada di sektor UMKM,” ujarnya.
Selain itu, kenaikan upah yang tinggi juga mendorong buruh atau rakyat pekerja untuk terus belanja. Sehingga mampu menghidupkan perputaran roda perekonomian daerah. “Disaat daya beli stabil karena upah tinggi, para pelaku usaha tentu akan merasa aman karena pasti barang produksi nya akan laku terjual, namun sebaliknya dengan upah rendah yang cenderung kurang. Bagi saya pelaku usaha kuliner disektor UMKM; Jangan kan untuk jajan menyenangkan anaknya, untuk memenuhi kebutuhan belanja sembako saja pasti kesulitan,” kata Basri
Dan tentunya kondisi ini tidak sehat. Upah rendah membuat buruh tergantung pada utang, dan ekonomi menjadi rapuh.
Jadi, kenaikan upah buruh yang tinggi bukan ancaman, melainkan solusi untuk memperkuat daya beli, mendorong konsumsi domestik, dan menjaga stabilitas sosial. Dalam situasi global yang tidak menentu, daya tahan ekonomi Indonesia justru bergantung pada rakyat pekerja yang memiliki penghasilan cukup untuk hidup layak.
“Buruh sejahtera bukan berarti pengusaha rugi. Sebab ketika buruh sejahtera, pasar tumbuh, industri hidup, dan ekonomi nasional bergerak. Itulah win-win solution sejati”.