Agus Riyadi, atau yang biasa kami sapa Afgan. Dia adalah pendiri Media Perdjoeangan di Jawa Tengah. Dengan keyakinannya, dia mengumpulkan serta kemudian merekrut kami untuk dijadikan calon pengurus media perdjoeangan yang bahkan kami sendiri tidak tahu tugasnya apa dan untuk apa.
Hal itu dilakukannya di suatu malam sambil nongkrong di sego kucingan sambil membicarakan mimpi-mimpi dan gagasan-gagasan yang sampai saat ini belum sempat kami wujudkan.
Dengan kepercayaan dirinya yang begitu kuat dia meyakinkan kami untuk jadi satu barisan Media Perdjoeangan. Ibarat pasukan, seorang jenderal yang merekrut rakyat jelalatan eh rakyat jelata yang tidak tau apa-apa menjadi sepasukan tentara.
Alhasil, dari kami yang tidak tau apa-apa dan sekarang pun masih belum bisa apa-apa, karena dengan kepergiannya. Kami pun belum cukup untuk menimba ilmu kepadanya.
Masih teringat pesan yang dia berikan kepada saya. “Pi, aku nitip bocah-bocah ya? Pasca Rakernas aku mundur jadi korda,” tulisnya dalam pesan WA.
Pesan tersebut disampaikannya sebelum Rakernas Media pertama tahun 2019 yang saya ikuti. (dia mendelegasikan saya karena dirinya sedang sakit).
Saya jawab penuh harap dan untuk menyemangati dia. “Gak usah mundur ndan, udah dirimu fokus aja ke penyembuhan kesehatan, gak usah dipikirkan, dirimu dibalik meja saja, untuk di lapangan biar kami saja,” jawabku.
“Paru-paruku udah gak bisa diajak kompromi, aku juga sudah WA sama Kornas dan Seknas,” lanjutnya lagi.
Dan ternyata itu adalah pesan terakhir darinya dan ucapan selamat tinggal untuk semuanya.
Benar saja ia menepati janjinya dengan mundur sebagai Korda Media selepas Rakernas dengan cara yang tidak dapat kami duga. Baru saja sampai rumah setelah mengikuti Rakernas, kabar duka itu pun datang.
“Innalillahi wa inna ilaihi rojiun”
Di situlah kami kehilangan seorang pimpinan, guru sekaligus sahabat bagi kami. Selamat Jalan kawan, semoga dirimu mendapatkan balasan atas amal dan kebaikan selama hidup di dunia. Tenanglah di sana, tugas kami untuk melanjutkan cita-citamu.