Membingkai Kepemimpinan dan Jati Diri, Presiden FSPMI Hadiri Musnik VI Serikat Pekerja PT Sumi Indo Wiring Systems

Membingkai Kepemimpinan dan Jati Diri, Presiden FSPMI Hadiri Musnik VI Serikat Pekerja PT Sumi Indo Wiring Systems
Presiden FSPMI, Riden Hatam Aziz saat menyampaikan sambutan | foto by Fajar Setiady

Purwakarta, KPonline – Musyawarah Unit Kerja (MUSNIK) VI Pimpinan Unit Kerja (PUK) Serikat Pekerja Automotif Mesin dan Komponen (SPAMK) Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) PT. Sumi Indo Wiring Systems (SIWS) yang diselenggarakan di Harper Hotel Purwakarta pada sabtu (2/8/2025) sukses digelar, dan itu menjadi lebih dari sekadar seremoni pergantian kepengurusan.

Kehadiran Presiden FSPMI, Riden Hatam Aziz, membawa semangat dan pesan mendalam tentang arah perjuangan gerakan buruh serta pentingnya kaderisasi yang berkesinambungan.

Dihadapan peserta musyawarah yang hadir dengan seragam rapi, Riden memulai sambutannya dengan ungkapan yang sederhana namun bermakna.

“Melihat seragam kalian, saya sudah bahagia. Karena penampilan mencerminkan jati diri. Dan dari situ saya lihat, PUK Sumi Indo saat ini adalah PUK yang bersih,” ungkapnya, disambut tepuk tangan panjang dari seluruh hadirin.

Pernyataan itu bukan pujian kosong. Sebagai salah satu basis kuat FSPMI di Purwakarta, Sumi Indo bukan hanya dikenal karena militansinya dalam gerakan buruh, tetapi juga karena rekam jejaknya yang rapi dalam menjaga marwah organisasi. PUK Sumi Indo pernah menjadi sorotan positif oleh tokoh lokal seperti Dedi Mulyadi, yang saat itu menjabat sebagai Bupati Purwakarta.

Selain itu, Presiden FSPMI mengapresiasi peran penting PUK Sumi Indo dalam menorehkan warna khas gerakan buruh di wilayah Purwakarta. Bahkan, ia menyebut bahwa sejak kehadiran FSPMI di wilayah ini, khususnya dengan peran strategis PUK-PUK seperti di Sumi Indo, kenaikan upah buruh menjadi lebih signifikan.
“Gerakan FSPMI di Purwakarta ini tidak bisa dilepaskan dari sumbangsih besar Sumi Indo. Bahkan aksi-aksi kita di Jakarta kerap diwarnai oleh kehadiran dan kontribusi dari PUK Sumi Indo,” katanya.

Ia pun menekankan bahwa dalam struktur perusahaan grup seperti Sumi Indo, karakter dan arah kepemimpinan menjadi faktor utama dalam menentukan relasi industrial antara pekerja dan manajemen. Karena itulah, proses kaderisasi dalam organisasi menjadi mutlak.

Dalam sambutannya, Riden juga menegaskan bahwa Musyawarah Unit Kerja bukan hanya ajang memilih ketua baru, melainkan media demokrasi internal sekaligus panggung kaderisasi. Ia menyoroti pentingnya syarat menjadi Ketua PUK yang harus berasal dari jajaran pengurus selama minimal dua periode.

“Kenapa harus dua periode? Karena ini soal kesinambungan. Karena kita butuh pemimpin yang tahu medan, bukan pemimpin dadakan,” tegasnya.

Menurutnya, FSPMI telah dirancang sebagai organisasi yang dibangun secara sistematis melalui proses kaderisasi, bukan berdasarkan popularitas sesaat atau hubungan personal.

“Menghadapi manajemen itu tidak mudah. Tidak semua orang bisa berdiri di depan dan membawa aspirasi anggota. Kita butuh orang yang terlatih dan teruji,” tambahnya.

Riden menutup sambutannya dengan harapan besar agar hasil Musnik VI PUK Sumi Indo bisa melahirkan pemimpin-pemimpin baru yang setia pada nilai perjuangan, kuat dalam prinsip, dan konsisten dalam memperjuangkan hak-hak buruh.

Musnik VI PUK Sumi Indo bukan hanya momentum pengambilan keputusan struktural, tetapi juga ruang refleksi kolektif. Tema yang diusung, “Konsisten Berjuang dan Bersatu Menghadapi Setiap Tantangan”, seolah menjadi cermin dari semangat yang terus dijaga oleh para kader FSPMI di perusahaan ini.

Kehadiran Riden Hatam Aziz sebagai Presiden FSPMI tidak hanya memberi suntikan moral, tapi juga menguatkan kembali garis perjuangan yang harus terus dirawat, yaitu solidaritas, kaderisasi, dan integritas organisasi.

Ditengah tantangan relasi industrial modern, PUK-PUK seperti Sumi Indo tetap menjadi pilar penting dalam menjaga martabat buruh Indonesia. Mereka bukan sekadar organisasi pekerja, melainkan barisan perlawanan dalam merawat harapan bahwa hidup layak bukan sekadar mimpi, tapi hak yang harus diperjuangkan.