Jakarta, KPonlinen – Transformasi menuju energi bersih tengah berlangsung dan membawa dampak besar terhadap berbagai sektor industri, termasuk industri pertambangan batubara yang selama ini menjadi penopang ekonomi nasional dan daerah. Pemerintah Indonesia telah menegaskan arah kebijakan menuju energi berkelanjutan, yang berarti ketergantungan pada batubara akan semakin menurun dalam tahun-tahun mendatang. Situasi ini menuntut strategi besar dan terukur untuk memastikan bahwa jutaan pekerja yang bergantung pada industri batubara tidak menjadi korban dari perubahan tersebut.
Menjawab tantangan itu, Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) menyelenggarakan Workshop Pengembangan Keterampilan untuk Pekerja Industri Batubara di Sumatera Selatan dan Kalimantan Timur pada 19 November 2025 di Jakarta. Kegiatan ini dihadiri oleh perwakilan serikat pekerja nasional, organisasi masyarakat sipil, serta lembaga pelatihan pemerintah, termasuk Balai Latihan Kerja (BLK) Palembang yang turut membagikan pengalaman dalam penyelenggaraan pelatihan berbasis kompetensi di sektor energi.
Kalimantan Timur (EKal) dan Sumatera Selatan (SSum) merupakan dua wilayah yang memiliki ketergantungan ekonomi sangat tinggi terhadap batubara. Saat kebijakan nasional dan global mulai berubah, risiko terhadap kesejahteraan pekerja dan ekonomi daerah menjadi nyata. Selain potensi penurunan lapangan kerja, perubahan model bisnis perusahaan dan perkembangan teknologi di sektor energi membutuhkan kemampuan baru dari para pekerja agar mereka tetap memiliki masa depan pekerjaan yang layak.
Ketua Majelis Nasional KSPI, Sunandar, dalam sambutannya menegaskan bahwa pekerja batubara tidak boleh menjadi pihak yang dikorbankan dalam proses transisi.
“Transisi energi harus adil. Itu berarti hak pekerja untuk tetap bekerja dan hidup layak harus dijamin. Jangan sampai ketika batubara dikurangi, pekerjanya justru dibiarkan menganggur tanpa kejelasan. Negara harus hadir melalui pengembangan keterampilan yang sesuai dengan peluang ekonomi masa depan,” tegas Sunandar.
Ia menambahkan bahwa Indonesia sejatinya memiliki potensi besar untuk menciptakan pekerjaan baru pada sektor energi terbarukan, industri hijau, hingga jasa pendukung teknologi. Namun, peluang itu hanya bisa menjadi jalan keluar bagi pekerja batubara jika pelatihan yang diberikan relevan, aksesibel, dan dirancang berdasarkan kebutuhan nyata di lapangan.
“Serikat pekerja ingin memastikan bahwa pelatihan yang diberikan bukan sekadar formalitas. Harus ada pemetaan kompetensi yang jelas, keterlibatan pekerja dalam perencanaan, serta jaminan bahwa setelah mengikuti pelatihan, mereka dapat bekerja di sektor yang menjanjikan,” lanjutnya.
Workshop ini bertujuan menyusun rekomendasi kebijakan dan program keterampilan yang lebih konkret dan terarah. Mulai dari identifikasi sektor yang berpotensi menyerap tenaga kerja batubara, penetapan jenis pelatihan prioritas, hingga penyusunan mekanisme pendampingan bagi pekerja yang terdampak langsung oleh penurunan produksi batubara.
Selain itu, forum ini juga membahas pentingnya pembiayaan yang berkelanjutan untuk mendukung pelatihan dan alih profesi, termasuk peluang kerja sama dengan dunia usaha, lembaga sertifikasi profesi, dan lembaga pelatihan swasta. BLK Palembang turut berbagi pengalaman mengenai pelatihan kompetensi yang selama ini diberikan kepada pekerja industri energi, serta membuka peluang kolaborasi dengan serikat pekerja untuk menyusun modul pelatihan yang lebih sesuai kebutuhan pekerja.
KSPI menekankan bahwa transformasi ekonomi tidak boleh sekadar mengutamakan target pengurangan emisi atau keberhasilan investasi industri hijau semata. Keselamatan kerja, perlindungan hak normatif, dan kepastian penghidupan pekerja harus menjadi bagian utama dalam setiap strategi transisi.
Dalam penutupan workshop, KSPI menekankan bahwa dialog sosial lintas pemangku kepentingan harus terus dikembangkan. Keterlibatan aktif serikat pekerja, menurut KSPI, adalah fondasi untuk menjaga agar kebijakan transisi energi tidak justru memperdalam ketimpangan.
“Kami tidak menolak perubahan. Tapi perubahan harus direncanakan dengan cermat dan berpihak pada rakyat pekerja. Bila negara ingin masa depan energi yang berkelanjutan, maka masa depan pekerja juga harus berkelanjutan,” pungkas Sunandar.
Workshop ini menjadi langkah awal untuk mengembangkan rencana skill development yang komprehensif bagi pekerja batubara di Kalimantan Timur dan Sumatera Selatan. KSPI menegaskan komitmennya untuk terus mengawal kebijakan transisi energi agar benar-benar berkeadilan dan menyelamatkan masa depan jutaan keluarga pekerja yang selama ini bekerja dalam industri batubara.