Blitar, KPonline – Jum’at kemarin, tepat dini hari saya terbangun. Dan seperti biasa, yang pertamakali saya cari adalah handphone. Benda yang satu ini memiliki pelet tersendiri. Setidaknya saya tak bisa lepas darinya.
Hal pertama yang saya cek adalah WhatsApp. Barangkali ada pesan atau informasi penting. Sejak ada WhatsApp, mulai urusan berhahahihi hingga urusan pekerjaan hampir selalu dikomunikasikan melalui WhatsApp.
Saya masih sempat membaca pesan mbak Ocha yang mengirimkan undangan Konsolidasi Ideologi yang dilakukan secara daring maupun luring. Itu artinya, saya harus menyiapkan Zoom untuk agenda daring. Segera undangan itu saya teruskan ke grup thinthank Tim Media untuk mempersiapkan segala sesuatunya.
Bung Iqbal meminta saya mempersiapkan materi kampanye untuk peringatan May Day yang akan diselenggarakan tanggal 14 Mei.
Seorang kawan membalas ucapan terima kasih saya dengan kalimat ‘kembali kasih’. Sebelumnya saya meminta nomor kontak Ketua Exco Partai Buruh Provinsi Bangka Belitung. Karena ada wartawan dari media lokal di sana yang hendak mewawancarai pengurus partai.
Ada juga pertanyaan dari wartawan terkait dengan permasalahan THR yang masuk ke Posko Pengaduan, yang saya pikir akan saya jawab ketika hari mulai terang.
Ada juga percakapan yang cukup ramai di beberapa grup. Terlihat dari notifikasi pesan yang mencapai ratusan. Saya lihat sepintas…
Tiba-tiba, blank…
Ada notifikasi di layar, demi keamanan akun WhatsApp, saya diminta memasukkan kode verifikasi. Saat itu juga, saya tidak bisa mengakses WhatsApp.
Saya kira ini akan mudah. Sebab beberapa waktu lalu, saya juga mengalami masalah yang sama. Tidak sampai lima menit, WhatsApp saya sudah pulih.
Tetapi itu yang kemarin lalu. Kali ini kode verifikasi melalui SMS tak kunjung terkirim. Awalnya saya diminta menunggu dua menit. Hingga waktu habis, tak ada SMS masuk yang berisi kode verifikasi. Belakangan, saya diminta menunggu 48 jam untuk mendapatkan kode verifikasi.
Alamak. Saya membayangkan dua hari tanpa WhatsApp. Tentu akan ada banyak informasi yang tak sampai.
Saya masih agak tenang. Saya lihat, ada pilihan untuk mendapatkan kode verifikasi melalui panggilan telepon. Saya mencoba. Sekali. Dua kali. Tidak ada telepon masuk. Saya cek untuk memastikan tidak sedang kehabisan pulsa.
Hingga kemudian, muncul notifikasi jika saya baru bisa melakukan panggilan telepon setelah menunggu 1 jam.
Tidak apa-apa. Pikir saya. Hanya 60 menit ini. Saya pernah menunggu lebih lama dari itu. Jadi ini akan mudah.
Setelah satu jam terlewati, saya gunakan opsi mendapatkan kode verifikasi dari panggilan telepon. Bukannya kode berifikasi yang saya dapatkan, justru datang pemberitahuan saya harus menunggu 3 jam untuk bisa menelepon kembali.
Oke. Saya kira WhatsApp sedang menguji kesabaran saya. Setelah beberapa hari yang lalu lulus digembleng selama sebulan penuh oleh Ramadhan, saya akan menunggu.
Tiga jam yang sia-sia. Ketika saya kembali memilih opsi panggilan telepon, belakangan opsi itu menghilang. Tentu saya patah hati. Ibarat ditinggal kekasih tanpa kabar apa pun. Padahal kurang apa coba. Selama ini, tiada hari terlewati tanpa sedikitpun meninggalkan WhatsApp.K
Sekarang tinggal satu pilihan. Mendapatkan kode verifikasi melalui SMS. Dan ketika saya menulis ini, yang tersisa adalah pilihan ‘kirim ulang SMS dalam 25 jam’.
Penasaran dengan apa yang terjadi, saya berkonsultasi dengan Prof Google. Dan inilah jawabannya:
Untuk melindungi akun Anda, WhatsApp akan mengirim notifikasi push ketika seseorang mencoba mendaftarkan akun di WhatsApp dengan nomor telepon Anda. Demi keamanan akun Anda, jangan bagikan kode verifikasi dengan orang lain.
Jika Anda menerima notifikasi, ini berarti seseorang telah memasukkan nomor telepon Anda dan meminta kode pendaftaran. Ini sering terjadi jika pengguna lain melakukan kesalahan dengan mengetik nomor Anda ketika mencoba memasukkan nomor mereka sendiri untuk mendaftar. Ini juga dapat terjadi ketika seseorang mencoba mengambil alih akun Anda.
Saya sering mendapat kabar itu. Seseorang yang kehilangan kendali pada WhatsApp nya. Bahkan dikuasai oleh orang lain. Digunakan untuk mengirimkan pesan macam-macam. Meminjam uang, misalnya.
Saya coba lihat WhatsApp saya dengan menggunakan nomor lain. Di sana tertulis, “Terakhir dilihat kemarin pukul 01.04”.
Aman, pikir saya. Itu adalah waktu terakhir kali saya melihat WhatsApp. Artinya, hingga saat ini tidak ada tanda-tanda kehidupan di sana. Beda kalau terlihat online atau waktu terakhir dilihat lebih baru, patut diduga ada yang sedang memainkan WhatsApp saya.
Saya tidak tahu, berapa banyak teman-teman yang pernah mengalami kejadian serupa. Tetapi yang saya tahu, ketergantungan kita pada teknologi, pada saat yang sama juga akan menyandera kita.