Jakarta, KPonline-Apa itu Asbes? Pertanyaan sederhana, namun dibalik itu, Asbes bisa menyebabkan kematian.
Asbes atau asbestos adalah nama yang diberikan untuk sekelompok yang terdiri dari enam serat mineral yang terbentuk secara alami. Serat ini membentuk dua kelompok, yakni asbes serpentin dan asbes amfibol. Semua bentuk asbes tahan terhadap panas/api, bahan kimia dan penguraian biologis.
Produk asbes yang paling umum di Asia adalah atap semen bergelombang, rem mobil atau motor, gasket dan produk bangunan lainnya.
Diantara enam jenis asbes yang dikenal secara global, krisotil atau yang sering disebut asbes putih merupakan jenis yang paling banyak dipasarkan. Dalam satu abad terakhir, krisotil tercatat sebagai 90 persen dari seluruh jenis asbes yang beredar di pasaran dunia. Hal inilah yang membuat paparan krisotil menjadi salah satu ancaman terbesar bagi pekerja, terutama di sektor-sektor yang sangat bergantung pada material tersebut.
Keterpaparan terhadap krisotil dan seluruh bentuk serat asbes dapat menyebabkan penyakit fatal seperti; asbestosis, kangker paru-paru, mesothelioma (kangker mesotelium-lapisan pelindung di dalam rongga tubuh dan diluar organ dalam, seperti paru paru-paru, jantung dan usus) dan kangker laring serta ovarium.
Bahkan, karena ukuran seratnya yang sangat kecil. Jika serat asbes terhirup dalam debu, serat tersebut dapat masuk ke paru-paru dan lama kelamaan merusaknya. Saat ini sekitar 125 juta orang di dunia terpapar asbes di tempat kerja. Pada tahun 2004, kangker paru-paru terkait asbes, mesothelioma dan asbestosis dari paparan pekerjaan mengakibatkan 107.000 kematian dan 1.523.000 tahun hidup yang disesuaikan dengan disabilitas (DALYs).
Penyakit yang berhubungan dengan asbes sering kali muncul bertahun-tahun setelah terpapar serat asbes. Sebagai contoh, diperlukan waktu 20-40 tahun untuk berkembang menjadi kangker terkait asbes. Tingkat penyakit akibat asbes saat ini di Asia Tenggara mencerminkan pola konsumsi sejak akhir abad lalu.
Menurut studi Global Garden of Disease; Thailand, Vietnam dan Kamboja diperkirakan memiliki tingkat penyakit tertinggi pada tahun 2019. Kemudian, Indonesia dan Laos akan mengalami peningkatan angka penyakit yang cepat, mengingat pola konsumsi mereka yang meningkat selama dua dekade terakhir.
Karena konsumsi asbes pada abad ini telah bergeser secara dramatis ke Asia dari bagian dunia lainnya, maka beban kasus penyakit akibat asbes akan bergeser ke Asia dalam beberapa dekade mendatang secara dramatis.
Sedangkan, menurut WHO/ILO, selain sebagian besar paparan terjadi melalui pekerjaan, paparan juga bisa bisa terjadi di rumah atau komunitas. Dan penyakit akibat asbes bertanggungjawab atas lebih dari separuh penyakit akibat kerja di seluruh dunia setiap tahunnya, dan menyebabkan 211.000 kematian akibat paparan kerja setiap tahunnya.
Hingga Juni 2024, tujuh puluh negara telah melarang semua jenis asbes/asbestos. Dan banyak negara lain yang tidak menggunakannya. Terbaru, Kamboja telah mengumumkan pelarangan asbestos untuk tahun 2025.