Purwakarta, KPonline – Proses penetapan upah biasanya identik dengan dialog panjang, negosiasi alot, hingga adu argumentasi tajam antara Serikat Pekerja dan manajemen perusahaan. Namun hal itu tak berlaku di PUK (Pimpinan Unit Kerja) Serikat Elektronik Elektrik (SPEE) Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) PT. Preshion Engplas yang berada di Kawasan Industri Kota Bukit Indah, Purwakarta.
Dalam kunjungan kerja Media Perdjoeangan pada Jumat (11/7) ke PUK Preshion Engplas, terungkap sebuah fakta menarik tentang bagaimana hubungan industrial yang baik mampu menciptakan kepercayaan dan komunikasi yang efektif. Gugat Trianto, Ketua PUK Preshion Engplas, secara terbuka mengungkapkan bahwa kesepakatan upah tahun 2025 di PT. Preshion Engplas tercapai tanpa melalui meja perundingan yang panas, melainkan cukup melalui percakapan WhatsApp.
“Biasanya kalau bicara upah itu alot, tarik-ulur. Tapi di tempat kami, komunikasi dengan manajemen sudah terbangun dengan baik. Kami sepakat soal upah 2025 hanya lewat WhatsApp saja, tanpa perlu rapat yang panjang-panjang,” ungkap Gugat.
Hal ini menjadi contoh nyata bahwa hubungan industrial yang sehat tak melulu diwarnai ketegangan. Komunikasi yang terbuka, saling menghormati peran masing-masing, dan adanya kepercayaan antara kedua belah pihak menjadi kunci utamanya.
Menurut Gugat, kesepakatan yang tercapai bukan berarti perjuangan Serikat Pekerja menjadi lemah atau pasif. Justru hal itu menunjukkan bahwa Serikat Pekerja mampu memperjuangkan kepentingan anggota secara elegan dan produktif, tanpa mengorbankan keharmonisan dengan manajemen.
“Kalau komunikasi sudah terbangun baik sejak awal, aspirasi pekerja tersampaikan dengan benar, dan manajemen pun memahami, kenapa harus alot? Yang penting kesejahteraan anggota terjaga,” tambahnya.
Kunjungan kerja Media Perdjoeangan ke PUK Preshion Engplas juga memperlihatkan bagaimana kekompakan internal PUK, antusiasme anggota yang ikut menyambut rombongan media, serta sinergi yang kuat antara PUK dan manajemen dalam menjaga hubungan industrial yang kondusif.
Kisah Preshion Engplas ini membuktikan bahwa dunia perburuhan tidak melulu tentang konflik dan benturan kepentingan, tapi bisa juga tentang kolaborasi dan saling menghormati peran masing-masing demi kesejahteraan bersama.