10 Tewas, 18 Luka-Luka — Aktivis Buruh Desak Audit dan Penegakan K3 di Industri Galangan Kapal
Batam, KPonline — Dentuman keras membelah keheningan dini hari di kawasan galangan kapal PT ASL Shipyard Indonesia, Batu Aji, Kota Batam. Kapal tanker MT Federal II yang tengah menjalani perbaikan, meledak hebat sekitar pukul 04.00 WIB. Api menjalar cepat, melahap bagian dalam kapal yang masih menyimpan sisa minyak mentah.
Asap tebal menyelimuti area galangan. Jeritan minta tolong terdengar di antara kobaran api. Dalam hitungan detik, suasana kerja berubah menjadi kepanikan.
“Blower-nya Mati, Panas dari Bawah, Lalu Meledak”
Seorang pekerja yang selamat menceritakan detik-detik sebelum ledakan terjadi. Dengan suara bergetar, ia menuturkan bagaimana peralatan ventilasi di kapal tiba-tiba berhenti berfungsi.
“Blower angin yang harusnya buang asap ke luar, tiba-tiba mati. Asap dan panas terjebak di dalam tangki, padahal di situ masih ada minyak mentah,” ujarnya lirih saat ditemui di RS Mutiara Aini, Batam.
Saat itu, para pekerja sedang melakukan proses cutting—pemotongan logam menggunakan alat las—di dalam tangki kapal. Ia berada di atas scaffolding, hendak mengganti nozzle alat, ketika hawa panas mendadak terasa dari bawah tangki.
“Aku pas di atas scaffolding paling atas. Mau kasih nozzle baru, kawan bilang, ‘Tunggu dulu, kok panas dari bawah’. Belum sempat turun, langsung meledak. Api naik dari bawah kami,” kenangnya dengan mata berkaca-kaca.
Ia sempat melompat dan berlari menaiki tangga darurat untuk menyelamatkan diri. Namun di bawahnya, rekan-rekan kerjanya terjebak di dalam tangki yang sudah diselimuti api.
“Aku cuma bisa nangis, masih banyak kawan di dalam,” katanya pelan.
Beberapa pekerja lain yang selamat membenarkan bahwa ledakan bukan disebabkan oleh kebocoran selang industri, seperti yang kerap dijadikan alasan oleh manajemen perusahaan.
“Kalau nanti dibilang karena hose bocor, itu gak benar. Hose dicek tim safety dua hari sekali,” ujar salah satu pekerja lainnya.
Korban Tewas dan Luka-Luka
Data terakhir menunjukkan, 10 pekerja meninggal dunia dan 18 lainnya luka-luka, termasuk 4 orang dalam kondisi kritis yang dirawat intensif di RS Mutiara Aini, Batu Aji. Korban lainnya tersebar di dua rumah sakit berbeda di Kota Batam.
Kapolda Kepulauan Riau (Kepri), Irjen Pol Asep Safrudin, mengatakan pihaknya masih menyelidiki penyebab pasti ledakan.
“Ledakan terjadi sekitar pukul empat pagi. Ini kapal yang sama, di lokasi yang sama, dengan kejadian ledakan sebelumnya pada Juni 2025,” ujarnya usai menjenguk korban di rumah sakit.
Asep menegaskan, penyelidikan dilakukan oleh Unit Reskrim Polresta Barelang bersama tim dari Polda Kepri.
“Kami akan dalami apakah ada unsur kelalaian dalam kecelakaan kerja ini. Kalau terbukti, PT ASL Shipyard akan kami proses sesuai hukum yang berlaku,” tegasnya.
Duka dan Desakan dari Kalangan Buruh
Suasana duka masih terasa di sekitar galangan kapal Tanjunguncang. Keluarga korban berdatangan ke rumah sakit, beberapa menunggu kabar di luar ruang jenazah. Isak tangis pecah ketika satu per satu nama korban dipastikan meninggal.
Di tengah duka, suara kritik pun muncul. Ketua DPW Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI), Deddy Iskandar, menyebut tragedi ini sebagai “alarm keras” bagi pemerintah dan perusahaan untuk memperketat penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
“Kejadian ini bukan yang pertama. Kapal dan lokasi yang sama pernah terbakar sebelumnya. Artinya ada yang sangat salah dalam sistem keselamatan kerja di sana,” katanya
Ia mendesak pemerintah melakukan audit menyeluruh terhadap standar keselamatan PT ASL Shipyard Indonesia, sekaligus menegakkan sanksi hukum bila terbukti ada pelanggaran.
“Kami minta penyelidikan yang transparan dan pertanggungjawaban dari perusahaan. Nyawa pekerja tidak boleh jadi korban kelalaian. Negara harus hadir untuk memastikan hak pekerja atas tempat kerja yang aman,” tegasnya.
Ia juga menyoroti lemahnya pengawasan pemerintah daerah dan Kementerian Ketenagakerjaan terhadap industri berisiko tinggi seperti galangan kapal.
“Ini bukan sekadar musibah, tapi cermin bahwa pengawasan K3 kita masih lemah. Jangan tunggu korban berikutnya baru bertindak,” pungkasnya.



