IndustriALL Gelar Diskusi Terkait Perubahan Tradisi dan Iklim di Dunia Kerja

IndustriALL Gelar Diskusi Terkait Perubahan Tradisi dan Iklim di Dunia Kerja

Kuala Lumpur, KPonline – Bertempat di Crystal Crown Hotel, Petaling Jaya Malaysia IndustriALL menggelar diskusi yang fokus terhadap bagaimana Serikat pekerja dalam menghadapi Just Transition (Justice Transition) yaitu mengenai bagaimana transisi yang adil berkaitan dengan perubahan tradisi kerja yang berkaitan dengan perubahan penggunaan energi terbarukan (seperti fosil ke listrik) serta penggunaan AI (Kecerdasan Buatan) dalam dunia kerja, serta efek perubahan iklim terhadap dunia kerja, pada Sabtu – Minggu, 19-20 April 2025.

Informasi yang dihimpun koran perdjoeangan rapat yang diprakasi oleh IndustriAll dihadiri hampir 30 federasi Serikat dari 11 negara di Asia Tenggara diantaranya : Indonesia, India, Singapura, Malaysia, Srilanka, Bangladesh, Taiwan, Pakistan, Thailand, Vietnam, Kamboja dan Australia.

Sementara perwakilan dari Indonesia untuk FSPMI diwakili oleh Bendahara umum PP SPL FSPMI, Rengga Pria Hutama dan Muhammad Pardi (sekretaris bidang Advokasi).

“Agenda ini sangat menarik dan memberikan pengetahuan baru, dimana ternyata negara lain, telah fokus terhadap perubahan iklim, penggunaan AI dan perubahan energi, sementara di Indonesia sendiri 3 hal tersebut belum menjadi konsen utama, walaupun begitu permasalahan yang akan datang dalam waktu dekat adalah maraknya penggunaan Electrical Viecle/mobil listrik,” kata Rengga.

Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap pekerja di Indonesia, yang mana satu sisi menciptakan lapangan kerja baru namun satu sisi menghilangkan lapangan pekerjaan yang ada, maka menjadi tantangan baru bagi serikat pekerja dalam menghadapi perubahan energi tersebut,

“Bagaimana serikat pekerja anggota yang bekerja pada sektor automotif berbasis fosil dapat bertahan terhadap penggunaan energi berbasis listrik, pun bagaimana serikat pekerja melindungi anggota pada sektor pertambangan terutama untuk Nickel dan Batubara, karena 2 pertambangan tersebut termasuk paling besar di Asia Tenggara,” ungkap Rengga.

Menurut Rengga, pertambangan di Wilayah Morowali, Halmahera dan Kutai Kartanegara menjadi yang terbesar di Asia Tenggara.

“FSPMI berharap mudah-mudahan sosial dialog ini berkelanjutan, karena mau tidak mau bukan hanya perubahan energi yang berdampak terhadap pekerja Indonesia. Namun ke depannya penggunaan teknologi AI dalam semua sektor akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan umum maupun terhadap kelangsungan pekerja di segala sektor,” pungkasnya. (Yanto)