Hujan Ekstrim Bukan Penyebab utama Terjadinya Banjir Bandang

Hujan Ekstrim Bukan Penyebab utama Terjadinya Banjir Bandang

Medan,KPonline, – Hujan ekstrim selalu menjadi kambing hitam setiap kali terjadi banjir bandang yang menghantam sebuah wilayah. Padahal, hujan hanyalah pemicu, bukan penyebab utama. Yang melahirkan bencana bukanlah derasnya air dari langit, tetapi rapuhnya bumi yang kehilangan penjaganya hutan.

Kementerian ESDM dan BMKG mengatakan bahwa pemicu terjadinya banjir bandang atau bencana hidrometeorologi yang melanda provinsi Aceh,Sumatera Utara dan Sumatera Barat dan menelan korban 303 kehilangan nyawa, 279 hilang adalah hujan ekstrem dan kondisi geologi.

Sementara Yudo Sadewa anak Menkeu Purbaya menyatakan bencana hidrometeorologi ini terjadi akibat ulah manusia yang melakukan penggundulan hutan, deforestasi / penggantian hutan dengan tambang dan tanaman kelapa sawit serta adanya kegiatan pembalakan (ilegal logging)

Dari dua pendapat yang berbeda tersebut maka yang lebih mendekati kebenaran adalah pernyataan dari Yudi Sadewa.

Hutan yang utuh bekerja seperti spons raksasa. Akar-akar pepohonan menahan tanah, menyerap air, dan mengalirkannya perlahan ke sungai. Tajuk daun memperlambat jatuhnya air hujan, sementara lapisan serasah menjaga tanah tetap kokoh. Di dalam keseimbangan itu, air hujan menemukan jalannya tanpa merusak.

Namun ketika hutan digunduli, keseimbangan itu runtuh. Tanah kehilangan pegangan, air kehilangan jalur. Hujan deras yang dulu disambut sebagai berkah berubah menjadi bencana. Air meluncur tanpa hambatan, menyeret tanah, batu, dan segala yang dilewatinya. Sungai meluap, lereng longsor, dan desa-desa tersapu tanpa ampun.

Maka yang perlu dipersoalkan bukan sekadar intensitas hujan, melainkan intensitas keserakahan manusia. Selama hutan ditebang tanpa kendali, selama izin pembukaan lahan diberikan tanpa pengawasan, selama pengawasan kalah oleh kepentingan, banjir bandang hanyalah soal waktu.

Bukan hujan yang harus disalahkan. Ia hanya menjalankan siklus alamnya. Yang harus dipertanyakan adalah mengapa hutan dibiarkan gundul, siapa yang membiarkannya terjadi, dan siapa yang menikmati keuntungannya.

Sebab pada akhirnya, bencana bukan datang dari langit bencana lahir dari keputusan-keputusan di bumi dari para manusia serakah, rakus yang tidak punya perikemanusiaan, terutama para bajingan pejabat korup. (Anto Bangun)