Labuhanbatu, KPonline – Hubungan antara pengusaha dan Buruh disatu perusahaan haruslah sejajar, dan harus jelas tertuang di Perjanjian Kerja Bersama (PKB).
Meski berbeda kepentingan tetapi hubungan antara pengusaha dengan buruhnya seperti hubungan dua sisi mata uang, saling terkait dan berhubungan erat tidak bisa dipisahkan.
“Uang memiliki dua sisi yang berbeda, tetapi berhubungan erat tidak bisa dipisahkan, bila salah satu sisi mata uang itu tidak ada maka uang tersebut tidak ada nilainya dan tidak dapat dijadikan sebagai alat tukar bayar.”
Demikian halnya hubungan antara pengusaha dengan Buruh disatu perusahaan, bila salah satu diantaranya tidak ada maka kegiatan proses produksi tidak akan bisa berjalan.
Pengusaha sebagai pemilik modal memiliki kepentingan untuk mengembalikan modalnya dan mendapatkan keuntungan dari modal investasinya, pengembalian modal serta keuntungan ini hanya dapat diperoleh dari produksi yang dihasilkan oleh Buruhnya.
Sebaliknya Buruh kepentingannya adalah mendapatkan kesejahteraan untuk dirinya beserta keluarganya, dan kesejahteraan ini juga bersumber dari produksi yang dihasilkan oleh Buruh itu sendiri.
Buruh harus bisa melihat bahwa posisi pengusaha sebagai pemilik modal diperusahaan bukan sebagai Tuhan yang memberi rezeki kepadanya, posisinya adalah sebagai mitra sejajar dalam kaitannya terhadap kegiatan usaha di perusahaan.
Demikian juga dengan posisi Buruh, bukan sebagai alat produksi/mesin produksi atau budak penghasil keuntungan bagi tuan pengusaha, posisi Buruh adalah sebagai mitra sejajar pengusaha dalam kaitannya terhadap kegiatan usaha diperusahaan.
Tentang tanggung jawab, antara pengusaha dan Buruh memiliki tanggung jawab yang sama kepada perusahaan.
Pengusaha bertanggung jawab dalam menciptakan hubungan kemitraan dengan Buruhnya, bertanggung jawab mengembangkan usaha demi terciptanya lapangan pekerjaan baru, dan bertanggung jawab memberikan kesejahteraan kepada semua Buruhnya secara berkeadilan.
Demikian halnya dengan Buruh, memiliki tanggung jawab menjalankan pekerjaannya, menjaga ketertiban di tempat kerja demi kelangsungan proses produksi, serta ikut bertanggung jawab untuk memajukan perusahaan.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa,perusahaan terus berlangsung tumbuh dan berkembang bukan dikarenakan kepiawaian para unsur management mengelola usaha, atau dalam istilah lainnya ” Perusahaan maju tumbuh dan berkembang tidak ditentukan oleh seorang sarjana” tetapi sangat ditentukan oleh produksi yang dihasilkan oleh Buruhnya.
Seorang Direksi, General Manager, Kepala Bagian, Manager dan Staf-Staf diperusahaan, yang memiliki latar belakang pendidikan yang cukup layak tidak akan bisa berbuat apa-apa bila tanpa Buruh diperusahaan.
Kemudian berbagai kenikmatan dan kemewahan yang mereka dapatkan semuanya bersumber dari produksi yang dihasilkan oleh Buruhnya
Namun terkadang sebagian dari unsur pejabat perusahaan ini tidak pernah menyadarinya ” lupa bercermin meskipun dikamarnya ada cermin” sehingga selalu bertindak arogan, sewenang-wenang, layaknya seekor binatang” padahal bila mereka mau merenung sejenak untuk mengetahui darimana kenikmatan dan kemewahan yang mereka dapatkan, mereka pasti mendapatkan jawabannya ” semuanya bersumber dari tetesan keringat Buruh penghasil produksi”
Berikutnya tentang kekeliruan berfikir Buruh yang selalu beranggapan bahwa apa yang didapatkannya dari perusahaan, adalah atas dasar kemurahan hati pengusaha atau pemilik modal, maka pemikiran yang keliru ini harus diluruskan.
Sebab pada hakekatnya pengusaha sebagai pemilik modal tidak pernah memberi secara cuma- cuma kepada Buruhnya, dan apa yang didapatkan Buruh merupakan imbalan atas tenaga, pikiran dan jasa yang siberikannya kepada perusahaan tempatnya bekerja.
Implementasi bahwa Buruh adalah unsur yang memiliki peran penentu terhadap kelangsungan, pertumbuhan dan berkembangnya perusahaan, serta pertumbuhan ekonomi disatu negara dapat dimaknai dalam puisi Wiji Thukul aktivis Buruh yang hilang dimasa rezim orde baru.
Sehari saja kawan
Kalau kita yang berjuta-juta
Bersatu hati mogok
Maka kapas tetap terwujud kapas
Karena mesin pintal akan mati
Kapas akan tetap berwujud kapas
Tidak akan berwujud menjadi kain
Serupa pelangi pabrik akan lumpuh mati
Juga jalan-jalan
Anak-anak tak pergi sekolah
Karena tak ada bis
Langit pun akan sunyi
Karena mesin pesawat terbang tak berputar
Karena lapangan terbang lumpuh mati
Sehari saja kawan
Kalau kita mogok kerja
Dan menyanyi dalam satu barisan
Sehari saja kawan
Kapitalis pasti kelabakan.
Puisi sang maestro ini, seharusnya bisa menginspirasi Buruh yang jumlahnya puluhan juta di Negeri ini, untuk kemudian menyatukan pemikiran dan membangun sebuah kekuatan untuk melawan kesewenang- wenangan yang dilakukan oleh para elit.
Sejatinya Buruh adalah pahlawan dibidang ekonomi, tetapi keberadaannya sering dianggap sebelah mata.
Oleh: Anto Bangun
Sekretaris KC FSPMI Labuhanbatu