Medan,KPonline, – Keadilan merupakan janji luhur yang terpatri dalam setiap konstitusi, setiap hukum, dan setiap retorika penguasa. Namun, bagi rakyat kecil, keadilan hanyalah sebuah kata indah tanpa makna yang terdengar jauh, seperti bintang dilangit yang bersinar namun tidak pernah bisa digapai.
Ruang keadilan yang seharusnya menjadi tempat perlindungan, kini berubah menjadi lorong gelap penuh bayang-bayang kepentingan, suara rakyat lenyap ditelan gema kekuasaan dan uang.
Digelapnya ruang itu, seharusnya hukum menjadi pelita untuk menerangi, tetapi realitasnya justru redup, hingga padam.Hukum tidak lagi menjadi alat untuk melindungi yang lemah, berubah menjadi pedang yang tajam menebas mereka yang lemah yang tidak punya uang dan tidak mampu membeli kebenaran.
Rakyat kecil yang tersandung hukum selalu berakhir dengan kekalahan, bukan karena mereka salah, melainkan karena mereka miskin. Sementara itu, yang kaya dan berkuasa, meski jelas bersalah, bisa membeli ruang bebas dengan tumpukan rupiah.
Keadilan tidak lagi netral dan berdiri tegak lurus, keadilan condong kepada kekuasaan, tunduk pada materi. Sidang-sidang yang seharusnya menjadi panggung kebenaran berubah menjadi teater sandiwara, di mana skenarionya telah ditulis oleh mereka yang duduk di kursi empuk kekuasaan.
Hakim yang seharusnya menjadi simbol integritas, jaksa yang seharusnya mengejar kebenaran, dan Polisi yang seharusnya menegakkan hukum, sering kali terseret arus kepentingan, melupakan sumpah jabatan, melupakan hati nurani kemanusiaan dan melupakan keberadaan Tuhan pencipta semesta alam.
Didalam ruang yang gelap itu, rakyat bertanya-tanya,
“Apakah keadilan hanya milik mereka yang mampu membayar, dan hukum hanya tegak lurus untuk yang ber uang dan berkuasa?
Pertanyaan ini menggantung di udara, tanpa jawaban, karena suara rakyat terlalu kecil untuk menembus tembok beton yang dibangun oleh oligarki dan korupsi.
Tetapi seberapa gelap pun ruang keadilan, harapan rakyat tidak boleh padam, cahaya kecil harus tetap dijaga. Kesadaran bersama harus terus dibangun, suara harus digemakan, dan keberanian harus diwariskan. Sebab keadilan bukanlah hadiah, melainkan hak dan hak itu hanya akan terwujud kalau rakyat bersatu bergerak melawan kegelapan. (Anto Bangun)