Pelalawan, KPonline–
Ketua Exco Partai Buruh Kabupaten Pelalawan yang juga menjabat sebagai Ketua Konsulat Cabang (KC) FSPMI Pelalawan, Yudi Efrizon, menegaskan bahwa setiap aksi unjuk rasa (UNRAS) yang dilakukan FSPMI selalu dibarengi dengan kibaran bendera Partai Buruh. Menurutnya, hal ini bukan sekadar simbol, tetapi wujud nyata dari komitmen serikat pekerja dalam memperjuangkan hak-hak buruh melalui jalur politik dan organisasi, Sabtu (30/08/2025).
Dalam pernyataannya, Yudi menyebutkan bahwa FSPMI tidak bisa dipisahkan dari Partai Buruh, karena FSPMI merupakan bagian dari Koalisi Serikat Pekerja–Partai Buruh (KSP-PB). Aliansi ini dibangun atas kesadaran bahwa perjuangan buruh tidak hanya berhenti di jalanan, melainkan juga harus diperkuat di ruang-ruang kebijakan dan parlemen. “Partai Buruh adalah rumah besar bagi seluruh kelas pekerja di Indonesia,” tegasnya.

Yudi menjelaskan bahwa Partai Buruh bukan hanya milik FSPMI, melainkan milik semua serikat pekerja, petani, nelayan, kaum miskin kota, hingga kelompok masyarakat sipil lainnya yang peduli terhadap keadilan sosial. Dengan demikian, setiap anggota FSPMI yang berjuang di lapangan, sejatinya juga memperjuangkan tegaknya marwah Partai Buruh sebagai kendaraan politik kelas pekerja.
Menurut Yudi, pengibaran bendera Partai Buruh dalam setiap aksi adalah bentuk konsistensi bahwa perjuangan buruh harus memiliki wadah politik yang jelas. “Selama ini aspirasi buruh sering kali terabaikan oleh partai-partai politik yang ada. Dengan adanya Partai Buruh, kami memiliki saluran yang murni lahir dari gerakan pekerja itu sendiri,” ungkapnya.
Pernyataan ini juga disampaikan langsung oleh Yudi di hadapan aparat kepolisian dan seluruh anggota dewan yang hadir di depan gedung DPRD Provinsi Riau pada Kamis, 28 Agustus 2025, ketika FSPMI melaksanakan aksi damai penyampaian aspirasi. Dengan lantang, ia menyampaikan bahwa perjuangan buruh bukanlah ancaman bagi negara, melainkan kekuatan moral untuk mengingatkan pemerintah agar berpihak kepada rakyat pekerja. “Kalau bukan kita yang membela, siapa lagi?” serunya, yang disambut riuh tepuk tangan para peserta aksi.
Yudi menilai, selama kebijakan perburuhan masih berpihak pada kepentingan pemodal, maka buruh akan terus menjadi korban dari sistem yang tidak adil. Kehadiran Partai Buruh menjadi instrumen untuk mengubah kebijakan dari dalam sistem. “Jika hanya bergerak di jalanan tanpa kekuatan politik, suara buruh tidak akan pernah menjadi prioritas dalam kebijakan negara,” tegasnya lagi.
Yudi menyampaikan bahwa FSPMI bersama aliansi KSP-PB terus melakukan pengorganisiran di lapangan, membangun kesadaran politik di kalangan buruh, serta menggalang dukungan lintas sektor. Dengan cara ini, Partai Buruh diharapkan mampu menjadi representasi sejati dari rakyat pekerja, bukan sekadar partai musiman yang hadir menjelang pemilu.
Melalui statemen ini, Yudi Efrizon menutup dengan ajakan kepada seluruh buruh di Kabupaten Pelalawan untuk tidak ragu menempatkan dirinya di rumah besar Partai Buruh. “Bendera Partai Buruh bukan sekadar kain yang berkibar, tetapi simbol persatuan, perjuangan, dan harapan bagi masa depan kaum pekerja,” pungkasnya.