Karawang, KPonline – Dibalik derasnya arus informasi relokasi pabrik ke wilayah dengan upah murah, satu proyek raksasa justru datang membawa narasi yang mematahkan anggapan lama bahwa industri besar hanya mau bertahan di daerah dengan ongkos buruh serendah mungkin.
Proyek pembangunan fasilitas manufaktur terpadu Deli di Kawasan Industri Artha, Karawang, menjadi bukti paling segar bahwa industri global punya pertimbangan lebih kompleks daripada sekadar cari tenaga kerja murah.
Perusahaan raksasa alat tulis dan perlengkapan kantor itu resmi memulai pembangunan pabrik terpadu berskala jumbo dengan 8,2 hektar lahan, 12 hektar luasan bangunan, dan investasi mencapai Rp 2,25 triliun. Pabrik ini bukan sekadar tempat produksi, tetapi hub logistik, pusat distribusi, dan laboratorium inovasi untuk Indonesia dan Asia Tenggara.
“Dengan berfokus pada manufaktur dan rantai pasok yang terlokalisasi, kami yakin pabrik ini akan menjadi tonggak penting dalam ekspansi global Deli, tutur Mr. Huang, Managing Director Deli Manufacturing Company.
Ketika beroperasi penuh pada akhir 2027, fasilitas manufaktur terpadu ini diproyeksikan menyerap lebih dari 3.000 tenaga kerja lokal. Fungsi produksi, penyimpanan, pengemasan, dan distribusi dipadukan dalam satu sistem terintegrasi untuk menciptakan efisiensi tinggi dan kecepatan respons pasar. Sesuatu yang menjadi senjata utama pabrik modern.
Sebagai basis manufaktur utama Deli di Asia Tenggara, pabrik ini akan memproduksi berbagai jenis alat tulis dan perlengkapan kantor untuk memenuhi pasar domestik serta mendorong ekspor ke kawasan regional.
Setiap lini produksi nantinya akan mengadopsi riset terbaru, otomasi, dan teknologi manufaktur global. Deli menegaskan bahwa seluruh operasionalnya bertumpu pada Quality, Innovation, dan Sustainability.
Dan disinilah pertanyaan yang paling provokatif. Mengapa Deli justru memilih Karawang, salah satu daerah dengan UMK tertinggi di Indonesia. Sementara banyak pabrik lain hengkang ke daerah murah?
Jawabannya, Karawang bukan lagi sekadar lokasi; Karawang adalah ekosistem. Dan bagi industri raksasa, ekosistem jauh lebih mahal nilainya daripada sekadar penghematan gaji buruh.
Berikut alasan strategis mengapa memilih Karawang.
1. Infrastruktur Logistik yang Tidak Tertandingi. Karena Karawang berada tepat di simpul:
• Tol Trans-Jawa
• Jalur kereta barang
• Akses cepat ke Pelabuhan Patimban dan Tanjung Priok
• Dekat Bandara Kertajati
Efisiensi logistik jauh menekan biaya operasional jangka panjang, lebih besar penghematannya dibanding mengurangi upah.
2. Ketersediaan Tenaga Kerja Terampil. Dimana industri Karawang sudah puluhan tahun menjadi pusat otomotif, elektronik, dan manufaktur.
Artinya adalah SDM Karawang sudah siap pakai, terlatih, dan berpengalaman. Sebab, industri modern tidak bisa berjudi dengan tenaga kerja minim kompetensi.
3. Rantai Pasok Industri Sudah Matang. Mulai dari Supplier komponen, material, hingga jasa penunjang industri sudah tersedia lengkap di sekitar kawasan industri Purwakarta–Karawang–Bekasi (PKB).
Relokasi ke daerah murah sering gagal karena tidak ada ekosistem pendukung, sehingga justru menciptakan biaya tinggi dan hambatan produksi.
4. Stabilitas Keamanan dan Dukungan Pemerintah. Karena dalam proyek ini hadir:
• Kementerian Investasi/BKPM
• Kementerian Perindustrian
• Pemerintah Jawa Barat
• Institusi TNI–Polri
• Manajemen Artha Industrial Park
Sehingga, skala kolaborasi ini menyiratkan satu hal bahwa investor besar membutuhkan kepastian dan jaminan keamanan, bukan sekadar upah rendah.
5. Pasar Besar Ada di Jabodetabek.
Produk Deli, mulai dari alat tulis dan perlengkapan kantor punya pasar utama di wilayah dengan populasi dan aktivitas ekonomi terbesar yakni Jabodetabek. Dan Karawang adalah titik terdekat yang memiliki kawasan industri modern dan akses logistik lengkap.
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menegaskan bahwa dampak ekonomi proyek ini akan sangat besar.
“Industri melahirkan ribuan tenaga kerja, memicu multiplayer effect ekonomi yang besar, serta membentuk manajer lokal sebagai komitmen pada pembangunan sumber daya manusia,” ujarnya.
Pabrik ini bukan hanya memberikan 3.000 lapangan kerja, tetapi transfer teknologi, peningkatan kompetensi tenaga kerja lokal, dan tumbuhnya industri pendukung. Mulai dari logistik, transportasi, hingga penyedia material.
Intinya, Deli memilih Karawang justru karena mahal. Karena Karawang menawarkan:
• tenaga kerja terlatih
• rantai pasok matang
• infrastruktur kelas internasional
• dukungan penuh pemerintah
• akses pasar besar
• stabilitas jangka panjang
Bagi investor global, biaya upah bukan persoalan utama. Yang lebih penting adalah kecepatan produksi, kualitas barang, risiko rendah, dan stabilitas operasional.
Singkatnya, kehadiran pabrik raksasa Rp 2,25 triliun ini membuktikan satu hal bahwa Industri modern tidak lari dari upah tinggi. Yang mereka cari adalah ekosistem yang kuat dan Karawang memilikinya.
Ketika proyek ini rampung pada 2027, Deli akan menjadi salah satu fasilitas manufaktur terbesar di ASEAN, sekaligus menjadi pertanda bahwa Indonesia sudah naik kelas dalam peta industri global.