Di Balik Kesuksesan Panggung Konsolidasi Akbar Buruh di Bekasi Ternyata Ada Garda Metal

Di Balik Kesuksesan Panggung Konsolidasi Akbar Buruh di Bekasi Ternyata Ada Garda Metal
Foto Bersama | Keterangan foto dari kiri ke kanan: Mubarok (Div.Bid Aksi FSPMI), Supriyadi Piyong (Panglima Koordinator Nasional Garda Metal FSPMI), Supriyatno (Panglima Koordinator Daerah Garda Metal FSPMI Bekasi), Luc Triangle (Sekjen ITUC) dan yang paling kanan adalah Sukamto (Ketua Konsulat Cabang FSPMI Bekasi)

Bekasi, KPonline – Konsolidasi Akbar yang diselenggarakan oleh Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia Andi Gani Nena wea (KSPSI AGN), dan Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (KSBSI) di Gedung Swatantra Wibawa Mukti, Kompleks Perkantoran Pemda Bekasi, pada Senin (10/11), tidak hanya menjadi pertemuan besar tiga konfederasi buruh terbesar di Indonesia, tetapi juga menjadi panggung solidaritas lintas serikat pekerja. Di balik kesuksesan acara monumental tersebut, berdiri kokoh barisan Garda Metal FSPMI yang memainkan peran penting dalam menjaga ketertiban, keamanan, dan kelancaran seluruh rangkaian kegiatan.

Sejak fajar menyingsing, barisan Garda Metal dengan seragam Merah Hitam dan atribut perjuangan mereka telah terlihat di sekitar kompleks gedung. Mereka menata barisan, mengatur lalu lintas peserta, memeriksa akses masuk, hingga memastikan keamanan seluruh tamu penting yang hadir.

“Kami bukan hanya penjaga acara, tapi penjaga semangat perjuangan,” ujar Supriyadi Piyong, Pangkoornas Garda Metal di sela-sela tugasnya. “Konsolidasi sebesar ini adalah momentum penting. Kami pastikan semua berjalan tertib, aman, dan terkendali, seperti cita-cita gerakan buruh itu sendiri.”

Konsolidasi Akbar ini menjadi semakin bersejarah dengan kehadiran Sekretaris Jenderal International Trade Union Confederation (ITUC), Luc Triangle dan Shoya. Kedatangan tokoh penting dunia perburuhan ini menandai pengakuan global terhadap kekuatan solidaritas buruh Indonesia.

ITUC sendiri adalah konfederasi serikat buruh terbesar di dunia, beranggotakan lebih dari 200 juta pekerja dari lebih 160 negara, dengan kantor pusat di Brussel, Belgia. Dalam konteks nasional, KSPI, KSPSI (pimpinan Andi Gani Nena Wea), dan KSBSI (pimpinan Elly Rosita Silaban) merupakan tiga konfederasi besar di Indonesia yang menjadi anggota resmi ITUC.

Kehadiran Luc Triangle dan Shoya Yhosida di tengah ribuan buruh bukan hanya bentuk penghargaan, tetapi juga pesan kuat: perjuangan pekerja Indonesia adalah bagian dari perjuangan kelas pekerja dunia.

Ribuan buruh dari berbagai daerah di DKI Jakarta dan Jawa Barat memadati arena konsolidasi. Mereka datang tidak sekadar menghadiri acara, melainkan menyuarakan tekad bersama untuk terus melawan kebijakan yang merugikan pekerja dan memperjuangkan sistem ketenagakerjaan yang adil.

Konsolidasi ini juga mengangkat dua isu utama yang menjadi perhatian baik di level nasional maupun global, dua tema besar yang dibungkus dalam tajuk HOSTUM: Hapus Outsourcing, Tolak Upah Murah.

Dalam tuntutannya, gerakan buruh menegaskan:

1. Kenaikan upah minimum sebesar 8,5–10,5% sebagai bentuk keadilan ekonomi bagi rakyat pekerja di tengah tekanan inflasi dan kenaikan biaya hidup.

2. Pengesahan RUU Ketenagakerjaan sebagai payung hukum baru yang menjamin hak-hak buruh, mempertegas prinsip kerja layak (decent work), dan menghentikan praktik perbudakan modern melalui sistem outsourcing yang merajalela.

Dua isu ini bukan sekadar tuntutan sektoral, melainkan simbol perjuangan melawan ketimpangan struktural di dunia kerja Indonesia.

Di tengah semangat besar itu, Garda Metal membuktikan bahwa kekuatan gerakan buruh bukan hanya di jalanan dan orasi, melainkan juga dalam kedisiplinan, solidaritas, dan tanggung jawab.

Dari awal hingga akhir acara, mereka memastikan tidak ada insiden, tidak ada kericuhan. Semuanya berjalan damai dan terorganisir dengan rapi dan itu menunjukkan kedewasaan gerakan buruh Indonesia dalam mengekspresikan aspirasi.

“Dulu banyak yang mengira aksi buruh itu selalu identik dengan chaos. Tapi hari ini, kami tunjukkan bahwa buruh bisa tertib, bisa disiplin, dan bisa profesional,” ujar salah satu anggota Garda Metal. “Kami ini bukan pengganggu stabilitas, tapi penjaga demokrasi industrial.”

Garda Metal, simbol kekuatan yang sering berdiri di garis depan aksi gerakan buruh Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI), kini menjadi contoh nyata bahwa keberanian bisa berjalan seiring dengan ketertiban.

Dari panggung utama hingga barisan pengamanan, satu hal yang tampak jelas di Konsolidasi Akbar ini, yakni solidaritas buruh Indonesia masih hidup, masih menyala, dan tak akan padam.
Ribuan peserta yang hadir tidak hanya mewakili federasi masing-masing, tetapi membawa satu pesan yang sama bahwa perjuangan buruh tidak bisa lagi dilakukan sendiri-sendiri.

Kehadiran ITUC meneguhkan bahwa perjuangan lokal punya makna global. Sementara di lapangan, kehadiran Garda Metal memperlihatkan wajah lain dari gerakan buruh Indonesia yang disiplin, solid, dan berwibawa.

Dan Konsolidasi ini juga merupakan simbol kebangkitan kolektif kaum pekerja di Indonesia, sebuah pesan keras bagi penguasa dan pengusaha bahwa persatuan buruh adalah kekuatan yang tak bisa diremehkan.