Bandung, KPonline — Ribuan buruh yang tergabung dalam berbagai aliansi serikat pekerja se-Jawa Barat kembali turun ke jalan dan memadati kawasan Gedung Sate, Bandung, Rabu (24/12). Aksi ini merupakan bentuk penolakan terhadap rencana penetapan faktor pengali kenaikan upah tahun 2026 yang dinilai tidak berpihak pada kesejahteraan buruh.
Dalam aksi tersebut, massa buruh menyuarakan kekecewaan terhadap adanya dugaan oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab dan diduga bermain di belakang meja dalam proses penentuan kebijakan upah. Melalui orasi yang disampaikan dari atas mobil komando, perwakilan buruh menegaskan bahwa praktik semacam itu mencederai rasa keadilan dan mengkhianati perjuangan kaum pekerja.
Meski suasana aksi sempat memanas, para orator terus mengimbau massa untuk tetap tenang dan menjaga ketertiban. Buruh Jawa Barat menegaskan bahwa perjuangan yang dilakukan adalah perjuangan damai, bermartabat, dan terarah, demi memperjuangkan kenaikan upah yang layak.
Massa aksi datang dari berbagai daerah di Jawa Barat, mulai dari wilayah timur seperti Cirebon, wilayah utara seperti Bekasi, hingga daerah-daerah industri lainnya. Seluruh elemen buruh menyatakan satu tujuan yang sama, yakni menuntut kebijakan upah 2026 yang adil dan berpihak pada kesejahteraan pekerja.
Dalam orasinya, perwakilan buruh juga menyampaikan harapan kepada Gubernur Jawa Barat, Kang Dedi Mulyadi (KDM), agar di bawah kepemimpinannya mampu menghadirkan kebijakan yang berpihak pada buruh. Buruh berharap pemerintah provinsi membuka ruang dialog dan mengakomodasi aspirasi serta rekomendasi yang lahir dari perjuangan bersama.
Hingga aksi berlangsung, buruh tetap bertahan di depan Gerbang Gedung Sate sebagai bentuk keseriusan dalam mengawal tuntutan. Mereka menegaskan akan terus mengawal kebijakan upah 2026 agar tidak diputuskan secara sepihak dan tidak merugikan kaum pekerja di Jawa Barat.
Aksi ini menjadi penegasan bahwa buruh Jawa Barat siap bersatu dan berjuang demi masa depan yang lebih sejahtera.



