Bonus Tahunan Dinilai Tidak Adil, Karyawan PT Adei Plantation dan Industry Kecewa

Bonus Tahunan Dinilai Tidak Adil, Karyawan PT Adei Plantation dan Industry Kecewa

Pelalawan, KPonline-Kekecewaan mendalam diungkapkan karyawan PT. Adei Plantation & Industry terkait pemberian bonus tahunan yang dinilai tidak adil dan tidak transparan.

Ungkapan kekecewaan tersebut ramai beredar di media sosial, disampaikan oleh sejumlah karyawan dan karyawati PT Adei Plantation & Industry yang merasa jerih payah mereka selama setahun penuh tidak dihargai secara layak.

Suasana di lingkungan PT. Adei Plantation & Industry terasa berbeda dari biasanya. Hari itu, Senin, (23/12) merupakan momen yang paling dinantikan para pekerja: pembagian bonus tahunan. Setelah satu tahun penuh kerja keras, lembur hingga larut malam, bekerja di hari libur, bahkan mengorbankan waktu bersama keluarga, para karyawan menaruh harapan besar pada apresiasi perusahaan.

Beberapa karyawan tampak gelisah menunggu kabar masuknya bonus ke rekening masing-masing. Dengan hasil penilaian kinerja yang dikategorikan sangat baik serta janji manajemen mengenai “apresiasi yang setimpal”, mereka optimistis bonus tahun ini akan lebih baik dibanding tahun sebelumnya.

Sebagian karyawan bahkan telah merencanakan penggunaan bonus tersebut. Ada yang berniat membayar uang muka rumah, mempersiapkan kebutuhan Natal dan Tahun Baru, hingga menyisihkan dana untuk tabungan keluarga yang telah lama diimpikan.

Satu per satu, mereka menatap layar ponsel dengan penuh harap. Notifikasi transfer akhirnya masuk. Senyum pun sempat merekah ketika aplikasi perbankan dibuka.

Namun senyum itu tak bertahan lama.

Angka yang tertera di layar membuat mereka terdiam. Nominal bonus yang diterima bahkan tidak mencapai satu kali gaji bulanan. Beberapa karyawan mengaku membaca ulang angka tersebut, mencoba memastikan tidak ada kesalahan. Bukan karena tidak bersyukur, melainkan karena merasa kinerja tahun ini justru jauh melampaui capaian tahun-tahun sebelumnya.

Kekecewaan pun tak terelakkan. Rasa pahit dan sesak di dada menyelimuti para pekerja. Mereka merasa dikhianati, seolah kerja keras, loyalitas, dan pengorbanan selama setahun penuh tidak memiliki nilai yang sepadan. Bonus tahunan yang seharusnya menjadi bentuk penghargaan justru berubah menjadi sumber kekecewaan.

Di sisi lain, terdengar tawa dan raut puas dari sebagian pihak yang merasa nominal bonus tersebut sudah sesuai dengan ekspektasi mereka. Kontras dengan para karyawan lain yang hanya bisa menunduk dan menahan perasaan.

Hari itu, para karyawan tetap bekerja, namun bukan dengan hati gembira. Mereka bekerja dengan perasaan hampa, membawa pulang kekecewaan yang meruntuhkan harapan. Bonus tahunan yang seharusnya menjadi puncak apresiasi justru menjadi pengingat pahit tentang realitas dunia kerja—bahwa ekspektasi tulus karyawan kerap berbanding terbalik dengan penghargaan nyata dari perusahaan.