Medan,KPonline, – Perbedaan adalah sesuatu hal yang tidak bisa dihindari oleh semua manusia yang hidup dimuka bumi ini yang memiliki latar belakang budaya, keyakinan dan pandangan hidup yang berbeda, dan perbedaan itu sering kali menimbulkan ketidak nyamanan, konflik dan tidak tertutup kemungkinan terjadinya perang saudara, perang suku dan perang agama yang berakibat kepada terjadinya perpecahan bangsa.
Tetapi ketika kita mampu melihat perbedaan itu dengan ketulusan hati dan keikhlasan maka perbedaan itu terasa indah, tidak ada alasan bagi kita untuk saling bermusuhan, rasis karena perbedaan, sebab perbedaan itu sejatinya anugrah dari Tuhan Pencipta Alam semesta, musuh utama kita adalah para koruptor yang nyata tidak mengakui keberadaan Tuhan Pencipta Alam Semesta, mereka adalah manusia perusak alam semesta dan sendi-sendi kehidupan yang sangat pantas untuk dilenyapkan dari muka bumi ini.
Mereka yang terlibat korupsi telah meletakkan egoisme diatas tanggung jawabnya kepada Tuhan dan sesama manusia.Keserakahan, nafsu untuk terus berkuasa, adalah Tuhan mereka yang sesungguhnya, mereka mengakui Tuhan hanya dalam ucapan dan perkataan saja, namun dalam realisasinya seperti tindakan perbuatannya memperlihatkan pengabaian nilai-nilai ke Tuhanan, memperlihatkan ketidak pedulian terhadap ajaran agama, merusak tatanan sosial, membiarkan ketidak adilan merajalela.Tuhan dalam pemahaman mereka adalah sebuah entitas yang tidak memiliki peran nyata dalam kehidupannya.
Masalah Koruptor yang terus menerus melakukan korupsi secara terstruktur, sistematis, masif dan menggurita bukan saja masalahnya kepada hukum, melainkan juga kepada moral, yang sangat kontradiksi terhadap masyarakat yang berusaha menegakkan supremasi hukum, keadilan dan kejujuran.
Koruptor tidak memiliki Tuhan, bukan berarti mereka benar -benar ateis yang tidak percaya pada eksistensi Tuhan, mereka adalah bangsat-bangsat iblis berwujud manusia, yang secara fakta musuhnya Tuhan.
Sehingga untuk memberangus para iblis berwujud manusia ini tidak cukup hanya dihukum penjara, karena hukuman penjara masih bisa diotak – atiknya, mulai dari menyuap Aparat Penegak Hukum (APH) agar tuntutan dan vonis hukuman bisa seringan-ringannya, kemudian mengajukan permohonan Cuti Bersyarat (CB) dan permohonan Pembebasan Bersyarat (PB) yang akhirnya masanya dipenjara sangat singkat, kemudian bebas dan bisa kembali bersenang-senang menikmati hasil korupsinya, dan yang lebih miris mereka membina, mendidik dan melatih keturunannya untuk melakukan hal yang sama “Merebut kekuasaan dengan kecurangan yang tujuannya untuk merampok kekayaan Negara”
Dari sini seharusnya kita menyadari bahwa musuh kita bersama adalah para koruptor, dan sangat pantas mereka dilenyapkan dari muka bumi ini, musuh kita bukan perbedaan.
“Perbedaan itu indah bila dimaknai dengan ketulusan dan keikhlasan”. (Anto Bangun)