Sidoarjo, KPonline – Dewan Pimpinan Wilayah Eksekutif Komite (Exco) Partai Buruh Provinsi Jawa Timur (Jatim) menggelar Rapat Konsolidasi di Hotel Sun City Sidoarjo, Sabtu, 29 November 2025. Acara ini bertujuan untuk memperkuat barisan dan membangkitkan semangat juang kader pasca-Pemilu 2024.
Dalam sambutannya yang berapi-api, Ketua Exco Partai Buruh Jawa Timur, H. Jazuli, S.H., menyampaikan bahwa rapat konsolidasi ini merupakan agenda tahunan yang krusial untuk mengukur kekuatan dan menyusun strategi ke depan.
“Perhelatan Pemilu 2024 sudah kita lakukan, dan kita selaku partai pemula, partai baru, telah mengukur kekuatannya. Walaupun di beberapa kawan kita di kabupaten/kota sudah berhasil duduk di parlemen, kita di Jawa Timur tidak boleh patah semangat,” ujar Jazuli.
Jazuli menyoroti posisi strategis Jawa Timur sebagai basis politik yang krusial. Jatim merupakan provinsi dengan jumlah kabupaten/kota, kecamatan, dan penduduk yang sangat padat.
“Jawa Timur ini menjadi daerah yang terpadat, jumlah kabupaten kotanya terbanyak, jumlah kecamatan yang paling banyak, dan jumlah penduduknya ini melebihi penduduknya negara Australia. Di Jawa Timur ini hampir 33 juta, sementara Australia, walaupun sebesar itu, cuma 25 juta. Tentu menjadi basis politik dan perebutan politik,” tegasnya.
Lebih lanjut, Ketua Exco Jatim ini menegaskan kembali tujuan utama pendirian Partai Buruh, yakni sebagai alat perjuangan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat, terutama rakyat kecil.
“Tujuan strategis partai ini didirikan adalah alat untuk memperjuangkan kesejahteraan masyarakat, terutama rakyat kecil: ada buruh, petani, dan nelayan, pedagang kecil, pedagang asongan. Kalau orang-orang kaya sudah tanpa diperjuangkan pun sudah hidup,” kata Jazuli.
Ia menekankan bahwa Partai Buruh didirikan oleh kalangan sendiri, oleh orang-orang kecil, tanpa adanya campur tangan ‘cukong’ atau orang kaya.
Jazuli juga menyoroti masalah korupsi yang kian merajalela, di mana kasus-kasus yang terungkap saat ini bukan lagi miliaran, melainkan sudah mencapai triliunan. “Ini sangat memprihatinkan di saat mereka para koruptor dengan rakusnya merampok kekayaan negeri ini,” ujarnya
Selain itu, ia membeberkan fakta mengejutkan mengenai kemiskinan di Jatim, di mana data Badan Pusat Statistik (BPS) disinyalir jauh berbeda dengan kondisi di lapangan.
“Jawa Timur ini menjadi penyumbang terbesar angka kemiskinan di negeri ini,” tambahnya, mengklaim bahwa angka kemiskinan riil di Jatim mendekati 60%.
Dari Pabrik Menuju Publik
Partai Buruh, yang awalnya dikenal fokus pada isu-isu seperti upah minimum dan jaminan sosial, kini berkomitmen untuk memperluas lingkup perjuangannya.
“Partai ini bergerak dari pabrik menuju publik,” serunya.
Ia memberikan contoh perbandingan dengan negara maju, seperti Jepang, di mana kesejahteraan pekerja memungkinkan mereka untuk bekerja 10 bulan dan menikmati liburan/jalan-jalan selama 2 bulan.
Jazuli menceritakan hasil perjalanannya mengelilingi Jatim.
“Saya keliling dari Banyuwangi sampai ujung Ngawi, dari Bangkalan sampai Pacitan, orang tuanya petani tapi anaknya tidak ingin menjadi petani. Padahal negara kita negara agraris, penyokong ekonomi terkuat, hampir 40% masyarakat kita itu petani. Tapi generasi berikutnya sudah tidak ada yang mau menjadi petani,” ungkapnya.
Ia membandingkan hal tersebut dengan praktik di Jepang yang telah menerapkan asuransi gagal panen untuk melindungi kesejahteraan petani. Menurutnya, masalah ini harus menjadi perhatian besar karena menyangkut ketahanan pangan dan ekonomi negara.
Rapat konsolidasi ini diharapkan mampu memompa kembali semangat kader Partai Buruh Jatim untuk terus mengawal dan memperjuangkan hak-hak rakyat kecil di tengah tantangan politik, sosial, dan ekonomi yang ada. (Alex)



