Riza Suarga: Upah Buruh Melampaui 5 Juta per Bulan Sesungguhnya Tidak Masalah Asal…

Pesan buruh Mojokerto: "Buruh butuh upah layak untuk menikah. Untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga." (Foto: Media Perjoeangan Mojokerto)

Jakarta, KPonline – Bank Indonesia sebagai lembaga moneter di Indonesia dianggap tidak memiliki keberanian melakukan intervensi positif atas kondisi moneter dan keuangan Indonesia. Hal itu pada ujungnya hanya akan melanggengkan benturan-benturan berkepanjangan dalam perekonomian Indonesia, terutama akan terus terpeliharanya persoalan buruh dengan pengusaha di Indonesia.

Begitu dikatakan Wakil Ketua Dewan Ekonomi Indonesia Timur (DEIT) Dr Riza Suarga di Jakarta, Kamis (16/2), seperti diberitakan rmol.co.

Bacaan Lainnya

“Lihatlah nilai mata uang kita Rupiah, sebetulnya itu bisa diintervensi agar lebih produktif bagi masyarakat Indonesia, bagi pengusaha dan buruh, untuk bantuan modal usaha dan seterusnya. Nyatanya, hingga kini, seperti disengaja dibuat stagnan segitu-segitu terus. Kini hampir tak pernah bisa diintervensi agar bisa turun di bawah Rp 13000 per dolar amerika. Mestinya sudah bisa dong diintervensi misalnya menjadi Rp 11000 per dolar amerika,” jelasnya.

Anehnya, lanjut Riza, dari evaluasi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang disebut-sebut mengalami perbaikan dan peningkatan, malah tidak terlihat pada bentuk riil usaha masyarakat dan usaha para pengusaha nasional Indonesia yang semakin baik. Soalnya, kata Riza, dengan nilai tukar yang masih tinggi, maka sebesar apapun peningkatan atau pertumbuhan ekonomi yang disebutkan, akan tetap ludes dengan belanja dan konsumsi kebutuhan.

“Misal, gaji UMP Rp 3500.000 per bulan, lalu harga kebutuhan masyarakat tetap tinggi, sama saja masyarakat hanya menghabis-habiskan gaji itu saja saban hari untuk membeli kebutuhan dasarnya. Tidak ada yang berubah kan. Lalu kapan masyarakat akan mulai menabung dan berinvestasi? Masa jadi berhutang terus ke luar negeri untuk memenuhi kebutuhan dasar? Di sinilah butuh intervensdi BI terhadap kebijakan moneter kita agar pro kepada masyarakat,” papar Riza.

Menurut dia, sangat aneh, misalnya jika produk unggulan Indonesia berupaka komoditi ekspor yang besar malah dijual dengan harga yang tak sebanding. Bayangkan saja, lanjut Riza, Indonesia dikenal sebagai salah satu negara penghasil batu bara terbesar di dunia, namun begitu hasil batu bara diekspor ke luar negeri, tetap kecil hasilnya.

“Itu kenapa? Karena kita dibiarkan bertransaksi dengan mempergunakan mata uang negara lain. Misalnya, jika batu bara diekspor dan transaksinya dilakukan di negara lain seperti di Singapura, dengan mempergunakan perhitungan mata uang dolar amerika, berapa ribu ton pun diekspor ya nilainya kecil. Coba kalau bertransaksi di Indonesia dengan mata uang Rupiah, tentu hasilnya akan sangat besar,” ujar Riza.

Selama ini, Riza melihat Bank Indonesia bagai macan ompong saja yang tidak produktif dan tidak efisien. Sesungguhnya, lanjut dia, BI tidak melakukan apa-apa bagi perbaikan perekonomian saat ini, sebab hanya mengikuti pola yang selama ini sudah berjalan saja, dengan intervensi dan ketergantungan kepada orang asing semata.

Bagi dia, menaikkan upah buruh mingga melampaui Rp 5 juta per bulan pun sesungguhnya tidak akan masalah bagi pengusaha, asalkan ada intervensi BI bagi permodalan dan nilai tukar.

“Jika satu dolar amerika saja setara dengan Rp 11 ribu, mau gaji lima juta rupiah pun bagi buruh tidak ada masalah. Coba aja dikonversikan mata uang kita itu, akan terlihat betapa jomplangnya nilainya selama ini. Intervensi itu perlu, sebab, itu berkorelasi dengan daya beli, produktivitas dan juga semangat kerja yang tinggi nantinya, tentu kedua belah pihak akan sama-sama menikmati kesejahteraan, dan buruh tidak akan selalu bertentangan dengan pengusaha toh,” paparnya.

Karena itu, Riza merindukan Lembaga Moneter Bank Indonesia itu membuat kebijakan yang berani.

“Berani dan calculated. Itu yang kita perlukan. Berani melakukan intervensi, nilai mata uang kita memiliki harga yang bagus. Jangan malah tidak ada harganya,” katanya.

Nah, dengan demikian, lanjut Riza, nanti semua sektor pun akan bergerak, ada bantuan permodalan, ada pinjaman yang terjangkau, usaha kecil menengah pun eksis dengan baik dan uang berputar.

“Selama ini kan hampir semua pihak, seperti pengusaha dan buruh, memiliki banyak ide dan gagasan dan semangat, namun uang tidak ada nilainya, gimana mau maju kalau begitu, ide tinggal hanya ide semata, tidak bisa diwujudkan,” ujarnya

Pos terkait