PP SPEE FSPMI Selenggarakan Konsolidasi dan Sosialisasi Politik Untuk Kader Perempuan

Jakarta, KPonline – Sabtu (26/11/2016), Pimpinan Pusat Serikat Pekerja Elektronik Elektrik Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (SPEE FSPMI) menyelenggarakan Konsolidasi dan Sosialisasi Politik Perempuan SPEE FSPMI. Kegiatan yang diselenggarakan di Sekretariat DPP FSPMI ini dihadiri oleh Ketua Umum PP SPEE FSPMI Judy Winarno, Sekretaris Jenderal KSPI Muhammad Rusdi dan Wakil Presiden DPP FSPMI Nani Kusmaeni dan Kahar S. Cahyono.

Dalam paparannya, Muhammad Rusdi menyampaikan, bahwa buruh akan sulit mendapatkan kesejahteraan jika hanya berkutat di tingkat perusahaan. Kesejahteraan adalah tanggungjawab negara. Oleh karena itu, buruh harus menuntut kepada negara untuk memberikan kesejahteraan. Salah satunya adalah menuntut upah yang layak, jaminan sosial yang layak, dan keberpihakan kepada perempuan dan mereka yang terpinggirkan.

Bacaan Lainnya

Problem Indonesia saat ini adalah,  negara tidak cukup memiliki uang. Bahkan sedang dijerat hutang. Akibatnya, APBN tidak cukup untuk membiayai kebutuhan dasar bagi rakyat.

“Untuk jaminan kesehatan gratis seluruh rakyat hanya butuh kurang lebih 75 trilyun. Angka yang relatif kecil jika dibandingkan dengan potensi pendapatan negara. Mestinya Indonesia bisa,” kata Rusdi.

Masalah mendasar negeri ini adalah tidak terdistribusinya profit perusahaan ke buruh dan negara. Negara hanya mendapatka pajak 10.8% (tax ratio), sedankan labor cost hanya sekitar 8-10% saja. Pada saat yang sama, korporasi besar mengusai 60-70% uang yang beredar.

Oleh karena itulah, kata Rusdi, kaum buruh harus melawan kerakusan korporasi yang telah memiskinkan buruh dan juga negara. Ketika negara di hegemoni oleh para pemilik modal, ketika 60% uang yang beredar hanya dikuasai oleh 50 korporasi dan menyandera kebijakan negara, kaum buruh harus melakukan sesuatu.

Sementara itu, Kahar S. Cahyono meminta buruh perempuan untuk tidak lagi alergi terhadap kata politik.

“Kalau kita pelajari teorinya Aristoteles, politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama,” kata Kahar. “Karena politik adalah kebaikan, maka mestinya kita bangga jika berpolitik.”

Jika para pejuang buruh, yang notabene adalah orang-orang baik menjauh dari politik, jangan menyesal jika kemudian politik dikuasai orang-orang jahat yang merampok kekayaan Ibu Pertiwi untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya.  (*)

Foto: Jay

Pos terkait