Pejuang Buruh Disambut Bak Pahlawan di Bekasi, Begini Sambutan Obon Tabroni

Bekasi, KPonline – Usai Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat memutus bebas ke-26 aktivis yang didakwa melakukan perbuatan pidana dalam aksi di Istana Negara pada tanggal 30 Oktober 2015, para aktivis yang berasal dari FSPMI Bekasi itu disambut seperti pahlawan di Omah Buruh, Bekasi. Ratusan orang berkumpul untuk menyambut mereka. Semua wajah terlihat ceria dan bahagia.

Calon Bupati Bekasi Obon Tabroni pun hadir. Dia bahkan membatalkan beberapa agenda kunjungan yang sudah terjadwal untuk menyambut para pejuang buruh, yang lebih dari setahun bergulat dengan kriminalisasi ini.

Bacaan Lainnya

Suasana haru, ketika lagu darah juang dinyanyikan: Di sini negeri kami. Tempat padi terhampar. Samuderanya kaya raya. Tanah kami subur tuan…

Ketika diminta memberikan pidato, Obon bercerita apa yang terjadi pada malam di tanggal 30 Oktober itu. Saat itu, dia diberitahu oleh Sekjend Garda Metal Isnaini jika ada beberapa aktivis FSPMI Bekasi tertangkap. Malam itu juga, Obon langsung meluncur ke Jakarta.

Keberadaa para aktivis yang ditangkap pun belum jelas keberadaannya. Ada yang bilang di Polda, ada yang mengatakan mereka di bawa ke Mabes. Tetapi kemudian bisa dipastikan, bahwa seluruhnya berada ke Polda Metro Jaya.

Obon masuk ke ruangan pemeriksaan. Suasana saat itu terlihat mencekam. Wajah para aktivis buruh itu terlihat kelelahan. Baju mereka basah, banyak yang belum makan, bahkan ada beberapa diantara mereka yang malam sebelumnya kurang tidur karena baru pulang dari sift tiga.

“Saya menanyakan satu per satu kepada kawan-kawan kita,” ujar Obon. Setelah berhenti sesaat, dia melanjukan, “Ada yang bilang, Bang, tolong teleponin istri saya. Bagi saya, itu permintaan yang berat. Memberitahu keluarga saat suaminya tercancam di penjara bukanlah suatu hal yang mudah. Tetapi saya lakukan. Kepada keluarganya saya beri penjelasan, bahwa semuanya akan baik-baik saja. Bahwa organisasi akan bertanggungjawab penuh atas semua ini.”

“Ada yang minta obat karena sedang sakit.”

“Mbah Pujo yang paling unik. Dia bilang, gini hari burung saya belum dikasih makan. Pesannya adalah agar burungnya dikasih makan.”

Semua yang hadir tertawa mendengar cerita Obon. Malam itu terasa dekat dan hangat. Semua yang hadir merasa sebagai satu keluarga.

Obon mengaku bangga. Terlebih lagi, malam di tanggal 30 Oktober itu, belum ada kepastian akan berapa lama mereka di tahan.

“Hebatnya, saat itu, tidak terlihat ada penyesalan dan sikap saling menyalahkan bahwa ini semua gara-gara ikut aksi. Semua terlihat begitu tegar. Sebagai pejuang, mereka sadar dengan resiko yang dihadapi.”

Lebih lanjut Obon mengatakan, apa yang dilakukan selama satu tahun lebih ini adalah sesuatu yang luar biasa. Dari sisi pemikiran, fisik, banyak terkuras. Apalagi mereka harus mengikuti persidangan selama puluhan kali, dengan satu kemungkinan akan berakhir dengan masuk jeruji besi.

Mereka adalah orang-orang yang kuat. Tidak semua bisa seperti itu.

Satu hal yang haru diingat, apa yang mereka lakukan bukan untuk dirinya sendiri. Ini untuk kita semua. Untuk seluruh buruh Indonesia. Dengan diputus bebas, tidak ada keraguan lagi bagi buruh untuk menegapkan langkahnya, berjuang meraih kemenangan. (*)

Foto: Adhie Bachtiar

Pos terkait