Menjadi Netizen Cerdas

Batam, KPonline – Sekarang, informasi memang sangat mudah didapat. Khususnya di era media sosial seperti sekarang ini. Saking banyaknya informasi yang beredar, susah membedakan mana berita yang benar dan salah, mana berita yang hanya mencari sensasi, mempelintir bahkan mengadu domba.

Belakangan, di facebook  bertebaran tautan-tautan tidak jelas  soal kenaikan harga rokok. Tidak tanggung-tanggung, rokok akan naik menjadi Rp 50 ribu per bungkus. Judulnya pun bombastis. “Kebijakan Pemerintah!! Mulai Hari ini Harga Rokok Naik Menjadi Rp.50.000/Bungkus”. Tautan itu dibagikan oleh banyak orang  di facebook. Padahal pemerintah sendiri belum ada niat untuk menaikkan harga sebungkus rokok.

Artikel dalam tautan itu hanya berisi laporan seorang peneliti dari Universitas Indonesia terkait akan turunnya jumlah perokok jika harga rokok dinaikkan hingga angka 50 ribu rupiah. Hal ini, menurutnya, disetujui oleh 80% respondennya. Tidak hanya itu, artikel itu menyebutkan pemerintah akan mendapat tambahan dana Rp 70 triliun jika menaikkan harga rokok menjadi Rp 50 ribu.

Inilah kemudian yang membingungkan. Tidak ada korelasi antara judul dan isi berita. Padahal, jika mau mengikuti kaidah jurnalistik yang benar, judul sebuah artikel setidaknya harus memuat penjelasan dari judul itu sendiri. Media online sekaliber tempo dot co pun sudah mulai terkena virus dengan membuat judul berita yang bombastis dengan judul “Jika Ahok Jadi Gubernur DKI Lagi, Jutaan Buruh Akan Mogok”, yang kemudian menjadi viral karena para pihak yang tidak suka dengan sosok Presiden KSPI Said Iqbal kemudian menyebarkan berita ini secara luas dengan menambahkan komentar-komentar yang menyudutkan Said Iqbal. Padahal pernyataan Said Iqbal yang lengkap adalah, bahwa aksi penolakan yang mereka lakukan itu murni berkaitan dengan kebijakan penerapan upah minimum pekerja di Jakarta serta terkait penggusuran yang mereka nilai telah menyengsarakan buruh.

Kebanyakan dari kita memang mudah tertarik dengan berita bombastis karena topiknya yang menarik dan unik. Berita  biasanya dibuat dengan judul semenarik mungkin agar banyak yang membaca. Barangkali faktor pendidikan mempengaruhi cara berpikir dan bersikap seseorang. Termasuk bagaimana merespon sebuah informasi yang masuk.

Parahnya, tautan jenis inilah yang paling sering disebarkan para pengguna facebook. Tanpa mau buang waktu untuk sekadar membuka dan membaca isi tautan tersebut, mereka dengan mudahnya terkecoh judul bombastis hanya karena kebencian terhadap sesuatu. Kejadian seperti ini  biasanya di sebar luaskan para netizen  yang mencerminkan ketidaksukaannya terhadap sesuatu.

Ketika kita menyebarkan sebuah berita seperti ini, jika kita percaya begitu saja dengan berita tersebut tanpa berhenti untuk menimbang-nimbang bukti-bukti mengenai kebenaran berita tersebut. Analoginya kalau ternyata beritanya salah, kamu baru saja ikut andil dalam merusak nama baik orang. Kalau ternyata beritanya benar, kamu tetap saja salah karena sudah terlanjur percaya sesuatu tanpa bukti kuat dan melanggar tanggung jawab moralmu sebagai manusia.

Yang ideal memang ketika menyebarkan sebuah tautan kita baiknya membaca isi tautan itu secara tuntas. Agar nantinya tautan yang disebar tidak menimbulkan kegaduhan belaka. Sebagai netizen yang cerdas tentu kita harus waspada terhadap sebuah tautan, jangan sampai mudah tertipu hanya karena judul yang bombastis. Dan yang terpenting, jangan menjadi orang yang sekadar membagikan sebuah tautan hingga menjadi viral tanpa tahu isi tautan tersebut. (*)

Sumber Gambar: http://amararmia.blogspot.co.id/2016/04/perkembangan-media-sosial-peran-dan.html