Membangun Kesadaran Politik Buruh

Mojokerto, KPonline – Politik? Apa yang ada di benak buruh saat memikirkannya. Apa sih politik itu? Bukankah itu hanya untuk para konglomerat? Namun sekarang buruh tidak boleh ada lagi yang memiliki pandangan seperti itu. Sebab sekecil apapun kebijakan yang berhubungan dengan buruh atau rakyat tentunya tidak akan lepas dari pengaruh politik.

Melalui acara MEMBERSHIP MEETING PLENO yang bertema ”Saatnya Buruh Melek Politik”, PUK SPAMK FSPMI PT. SAI kembali memberikan pendidikan politik bagi anggotanya. Pendidikan politik adalah sebuah agenda yang mampu menjawab kebuntutan kebijakan yang pro buruh di Indonesia. Memberikan pemahaman kepada setiap anggota serikat bahwa kesejahteraan kaum buruh berkaitan erat dengan proses politik.

Membership meeting pleno PUK SPAMK FSPMI PT SAI yang dilaksanakan pada hari Sabtu, 4 Maret 2017 ini bertempat di Fresh Green, Trawas. Acara rutin yang diadakan puk SPAMK FSPMI PT SAI ini dihadiri oleh 120 peserta yang kesemuanya adalah pleno. Pleno merupakan kepanjangan tangan dari Pengurus Unit Kerja Serikat Pekerja yang tugasnya membantu tugas biro di PUK sesuai bidangnya. Para Pleno inilah yang akan menyalurkan ilmu kepada anggota bahwa buruh harus mengetahui dan paham tentang politik. Sebuah ilmu dikatakan bermanfaat jika kita membagikan nya kepada orang lain.

Pemateri dalam acara ini adalah orang-orang hebat yang dimiliki oleh PUK SPAMK-FSPMI PT SAI yaitu Taryono dan Rinawati. Dijelaskan bahwa buruh yang cerdas adalah buruh yang mengetahui tentang politik. Buruh yang sadar akan pentingnya berpolitik. Bukan buruh yang diam tanpa pengetahuan politik. Politik itu hal yang penting dalam sebuah organisasi agar organisasi tersebut bisa melindungi anggota nya. Politik bukan hanya tentang pemerintahan saja. Politik menyangkut seluruh aspek dalam memajukan kesejahteraan buruh.

Disini tidak hanya memberikan pendidikan tentang politik saja, peserta juga diberikan outbond diluar ruangan. Seperti fun game yaitu menyambungkan 10 sedotan menjadi satu kesatuan yang tidak putus. Game ini mengajarkan kepada peserta bagaimana caranya bergabung dan tetap bersatu untuk mencapai kesejahteraSan yang hakiki.

“Buta yang buruk adalah buta politik, dia tidak mendengar, tidak berbicara, dan tidak berpartisipasi dalam peristiwa politik. Dia tidak tahu bahwa biaya hidup, harga kacang, harga ikan, harga tepung, biaya sewa, harga sepatu dan obat, semua tergantung pada tergantung pada keputusan politik. Orang yang buta politik bgitu bodoh sehingga ia bangga dan membusungkan dadanya mengatakan bahwa ia membenci politik.” (Bertold Brecht-Penyair Jerman).

Penulis: Rachmad Setiawan