Komentar Terkait Guru Honorer Ini Bikin Nangis

Salah satu aksi yang dilakukan para guru honorer untuk menuntut kesejahteraan.

Jakarta, KPonline – Di status media sosial pribadiny, Deputi Presiden KSPI Muhamad Rusdi menulis status tentang guru honorer. Status yang diberinya judul, Ironi Nasib Honorer Jelang Lebaran ini mendapat tanggapan luas dari netizen. Beragam komentar diberikan. Diantara komentar itu banyak yang membuat hati teriris. Ingin menangis. Berikut diantaranya:

Laila Mega Wardhani: Hanya bisa berdo’a untuk para honorer. Semoga Allah cukupkan rezekinya. Berkah rezekinya. Insya Allah, hanya Allah tempat berpegang. Saya juga pernah merasakan menjadi honorer dan bagaimana rasanya ngeces itu, ketiaka melihat PNS mendapatkan gaji ke-13 dan lain-lain. Tapi balik lagi, yakin Allah yang memberi rezeki. Tetap semangat buat para honorer di seluruh pelosok nusantara.

Mbah Sis Adi HaWe: Mau menjerit, tapi kasihan istri. Malah tambah sedih. Lebaran baju anak tidak terbeli. Apalagi baju istri . Ya Allah, berikan perhatian-Mu kepada kami yang cuma bisa tersenyum di depan anak didik dan menangis di hadapan-Mu.

Tembem Nawar: Guru yang tugasnya sangat-sangat mulia, kalah sama tukang kebun atau pasukan kuning pemerintah. Gaji mereka lebih besar dibanding para guru honorer. Mana keadilan yang dilambangkan di Pancasila.? Semoga para guru honorer bisa sabar dan lebih ikhlas lagi. Semangat buat para guru honorer.

Andrean Susanto: Padahal tidak sedikit dari kita yang mengenyam pendidikan sejak TK, SD, SMP, dan seterusnya dididik oleh guru-guru honorer, sehingga banyak anak didik mereka yang jadi pengusaha, pejabat, dan lain sebagainya. Semoga Allah membalas dengan kesejahteraan buat pahlawan tanpa tanda jasa. amin

Siti Kholilah: Insya Allah negara kita akan lebih makmur apabila honor para honorer di makmurkan oleh negara. Karena siapakah anda menjadi seorang pejabat, pengusaha, dan menjadi seorang kyai? Maka dari pada itu, marilah kita berbakti dan membalas pahlawan tanpa tanda jasa kita dengan cara berilah kesejahteraan bagi para guru honorer, baik di bidang ekonomi maupun di bidang kesehatan. Insya Allah negara kita menjadi negara yang maju, berkah, dan sejahtera. Amiiiin.

Muhamad Tazudin: Kalau dilihat-lihat, kita sebagai guru honorer itu tidak ada harganya. Kita mengabdi kepada bangsa beberapa tahun, tetapi tidak diangkat-angkat menjadi PNS. Kita cuman di gajih sebesar 200 sampe 300 perbulan. Di jaman sekarang mana cukup uang segituh? Walaupun kita belum PNS, cobalah pemerintah mensejahterakan guru PNS, setidaknya dengan upah UMR di masing-masing kota dan daerah.

Aulia Zilvana Tasya: Melihat teman PNS ngobrolin dapet THR koprasi, SHR Bakti Wanita, bulan Juni ke 14, bulan Juli ke 13, senyumin aja shaaayyy…. Ikut berbahagia atas kesejahtraan mereka (PNS). Walau pun dalam hati mengerutu. “Kapan honorer kayak gitu, padahal kerjanya sama.”

Sudarmadji Ajie: Para honorer adalah termasuk kategori pekerja/buruh, mestinya menurut Undang-Undang Ketenagakerjaan mempunyai hak yang sama dengan para buruh swasta lainnya, termasuk hak THR, UMK, dll. Kalau Pemerintah saja tidak taat dan tidak melaksanakan Undang-Undang, lalu bagaimana dengan yang lain? Seharusnya Pemerintah itu memberi contoh yang baik untuk melaksanakan hukum. Saya sangat prihatin dan kasihan sekali dengan nasib para HONORER, terutama GURU HONORER. Semoga Para Menteri yang punya otoritas terketuk hatinya. Berbuat adillah kepada para HONORER, apalagi mereka telah banyak mengabdi untuk dunia pendidikan kita.

Bunda Gilby: Memang kita ikhlas dan mendapatkan ganjaran. Tapi apakah kebutuhan kita? Keluarga? Anak-anak? Kebutuhan sehari-hari bisa ditangguhkan sampai ada kehidupan kedua? Sampai berpuluh tahun? Apa lagi yang honorer adalahseorang Kepala Keluarga dan istrinya tidak bekerja apa-apa. Keluarganya mau dikasih makan apa? Kebutuhan makan, pendidikan, pakaian? Yach, beginilah nasib honorer.

Pipit Nova: Guru honorer yang kerjanya mencerdaskan anak bangsa malah mendpatkan gaji yang jauh dari kata layak. Miris, saya sendiri sempat merasakan menjadi guru honorer. Dan memang gaji yang didapat sama sekali tidak sebanding dengan pndidikan yang telah saya tempuh selama kuliah. Inikah nasib pahlawan tanpa tanda jasa?

Hary Adi: Iya memang benar guru dan guru honorer kalau menurut saya tidak ada bedanya karena sama-sama memberikan ilmunya kepada anak didiknya. Menurut saya, tolong beri perhatian kepada para honorer. Berikan honor minimal disesuaikan dengan UMR, jadi sepadan dengan pengabdianya. Saya bukan guru dan juga guru honor, tapi saya merasa prihatin melihat nasib guru honor. Semoga komentar saya menjadi pertimbangan bagi pemerintah. Terima kasih. 

Budi Kusmawan: Guru honorer Kemenag jangankan dikasih THR. Uànģ sertifikasi pun dihutang sampai 14 bulan. Yaa Allah, beri kami semua kekuatan. Yaa. Robbi, kami serahkan semuanya pada-Mu. Engkau Maha dari segala Maha, pamayya’mal misqola darrotin khoeroyyaroh, wamayya’mal misqola darrotin sàrroyyaroh.

Endul Enang: Mengapa kita pilih pemerintah yang loyo tidak tegas? Katanya Indonesia makmur sejahtera. Banyak kekayaan. Tetapi nyatanya apa? Pejabat yang sudah punya gaji besar tapi masih korup. Seharusnya mereka tahu bahwa yang sangat berjasa itu guru-guru di sekolah. Apa sebabnya kalau pejabat tidak belajar dari sekolah? Tidak mungkin menjadi pejabat. Jadi bisakah pemerintah memperhatikan guru-guru dan honorer yang layak dan harus diperhatikan? Mohon maaf bila kata-kata saya ada yang salah. Saya cuma sharing aja buat para pejabat dan wakil rakyat. Sekian, terima kasih.

Adon Donny: Saya tidak akan pernah menangis. Karena itu sudah menjadi rezekinya masing-masing. Yang saya benci adalah banyak mereka yang mendapatkan THR, TPP, Gaji 13 atau 14, tetapi tidak bisa menjaga hati dan perasaannya untuk tidak mudah membuat status dimediasi sosial soal tersebut.

Hendra: Saya juga memperhatikan beberapa teman-teman yang profesinya guru honor ataupun honor daerah lainya. Mereka dibuat seperti pengemis. Padahal dalam pekerjaan lebih banyak mereka yang melakukan, dikarenakan honor mereka terpaksa harus kerjakan. Giliran masalah kesejahteraan, mereka tidak dianggap. Sadarlah kalian para pejabat yang tega mempermainkan nasib orang lemah. Do’a orang miskin lebih bahaya. Kalian ataupun keluarga kalian pasti akan menerima karma.

Maman Semangat Baru: Boro-boro THR, yang kami terima. Kami para honorer khususnya guru di jenjang SMA di Riau, 6 bulan terakhir ini belum menerima gaji sepeser pun. Banyak diantara kami yang suami istri sama-sama menjadi honorer. Entah bagaimana nasib kami. Lebaran ini gak tau kami harus bagaimana…. 

Pram Wilmar: Tolong sampaikan ke yang kemarin gembar-gembor #SayaPancasila. Kira-kira, hal seperti ini sudah masuk dalam sila ke berapa? Apakah ini yang disebut keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia?