Kenaikan Tarif STNK, Listrik, dan Bahan Bakar Terbukti Picu Inflansi; Buruh Tuntut Turunkan Harga

Jakarta, KPonline – Kalangan serikat buruh menolak kenaikan tarif STNK, listrik, dan bahan bakar. Buruh berpendapat, kenaikan itu memberatkan rakyat kecil, karena akan memicu kenaikan harga-harga. Oleh karena itu, buruh menuntut agar Pemerintah segera menurunkan harga. Hal ini seperti disampaikan Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Said Iqbal.

“Pertanyaannya kemudian, kemana larinya subsidi untuk rakyat? Bukankah subsidi adalah hak rakyat?” Kata Said Iqbal.

Bacaan Lainnya

Said Iqbal menilai, semua kenaikan itu adalah bukti tax amnesty gagal. Pemerintah berdalih, dengan keberhasilan tax amnesty, pajak akan meningkat. Devisit APBN makin dalam. Subsidi untuk rakyat banyak yang dipangkas? Logikanya sederhana, para pengemplang pajak diampuni melalui kebijakan tax amnesty, rakyat justru dibebankan dengan berbagai macam kenaikan.

Seperti diketahui, Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Januari 2017 sebesar 0,97 persen secara bulanan (mtm). Angka ini lebih tinggi dari bulan lalu dan dibandingkan bulan Januari 2016 yang masing-masing sebesar 0,42 persen (mtm) dan 0,51 persen (mtm).

Kenaikan inflasi tersebut terutama disumbangkan oleh kelompok administered prices dan kelompok inti. Sementara itu, inflasi volatile food tercatat relatif rendah.

Inflasi administered prices pada bulan Januari 2017 mencapai 2,57 persen (mtm) atau 3,35 persen (yoy), meningkat dari bulan sebelumnya yang 0,97 persen (mtm) atau 0,21 persen (yoy). Peningkatan tersebut terutama didorong oleh kenaikan tarif perpanjangan STNK, tarif listrik, dan Bahan Bakar Khusus (BBK).

Kenaikan tarif listrik disebabkan adanya tariff adjustment sejalan pelemahan nilai tukar dan peningkatan inflasi pada dua bulan sebelumnya, serta penyesuaian tarif listrik untuk pelanggan daya 900 VA nonsubsidi. Sementara itu, kenaikan harga BBM seiring dengan peningkatan harga minyak dunia.

Inflasi inti bulan Januari 2017 tercatat 0,56 persen (mtm) atau 3,35 persem (yoy), lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 0,23 persen (mtm) atau 3,07 persen (yoy). Komoditas utama penyumbang inflasi kelompok ini adalah tarif pulsa ponsel, sewa rumah, emas perhiasan, mobil, upah pembantu rumah tangga, nasi dengan lauk, dan kontrak rumah.

Tarif pulsa ponsel terpantau mengalami kenaikan sejak bulan September 2016. Sementara itu, tarif sewa rumah pada bulan ini lebih tinggi dibandingkan historisnya seiring dengan kenaikan tarif listrik.

Inflasi volatile food pada Januari 2017 tercatat 0,67 persen (mtm) meningkat dari bulan sebelumnya yang sebesar 0,47 persen (mtm). Inflasi ini terutama bersumber dari komoditas cabai rawit, ikan segar, daging ayam ras, dan beras.

Peningkatan harga cabai rawit terutama disebabkan karena pasokan yang terbatas akibat tingginya curah hujan. Secara tahunan, inflasi volatile food mencapai sebesar 4,13 persen.

Pos terkait