Hidup Lebih Berwarna dengan Serikat Pekerja

Bekasi, KPonline – Kali ini saya ingin berbagi pengalaman menjadi bagian dari serikat pekerja. Meskipun pengalaman tidak sebanyak pengalaman kawan-kawan yang lain, tetapi bagi saya ini sesuatu yang berharga. Saya banyak mendapat pelajaran dari aktivitas ini.

Saat itu tahun 2004. Ketika untuk pertamakalinya saya bersentuhan dengan Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI).

Bacaan Lainnya

Meskipun FSPMI adalah organisasi buruh, tetapi keberadaan FSPMI bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas. Tidak hanya pekerja. Hal ini, karena, banyak kegiatan atau program kerja FSPMI di tingkat PUK sampai tingkat DPP yang langsung bersentuhan dengan masyarakat.

Dulu saya tidak tau apa itu serikat pekerja. Bahkan sayabtidak mengenal FSPMI.

Berawal dari suka kumpul dengan banyak orang dan suka ikut demo dan didukung dengan adanya pendidikan dasar serikat pekerja yang diadakan dinlerusahaan tempat belerja, lama kelamaan saya mulai mengenal lebih dalam apa itu Organisasi serikat pekerja. Kemudian mencintai FSPMI.

Ada beberapa pengalaman yang saya alami di serikat pekerja. Salah satu yang paling berkesan, saat awal mula bergabung menjadi anggota Garda Metal yang merupakan salah satu pilar FSPMI.

Tanggal 24 – 25 Desember 2011, saat itu saya mengikuti Latihan Dasar Garda Metal sebagai syarat wajib menjadi anggota Garda Metal. Saat dilaksanakannya Latihan Dasar Garda Metal tersebut, berbarengan dengan liburan akhir tahun. Dimana sebagian pekerja pulang kampung untuk bertemu keluarga atau sekedar berlibur. Sementara saya harus menjalankan tugas organisasi di tengah hutan selama 2 hari.

Sejak acara dimulai sampai selesai, hujan lebat diiringi suara petir. Seakan langit hendak runtuh.

Saat itu ada sekitar 400 peserta yang mengikuti Latihan Dasar Garda Metal. Peserta datang dari beberapa wilayah, ada yang dari Bogor, Karawang, Purwakarta, Bandung, dan Bekasi. Salah satunya dari bernama Christie, dari Australia.

Meskipun saat itu latihannya penuh dengan fisik dan sangat melelahkan, tetapi tidak menyurutkan semangat kami untuk tetap melanjutkan Latihan hingga kami benar – benar resmi dilantik menjadi anggota Garda Metal.

Kami harus menyusuri hutan di tengah malam dengan kondisi jalan yang licin, terjal, gelap dan kanan kirinya adalah jurang pemisah. Kami berkelompok. Satu kelompok terdiri dari sekitar 29 orang dan kami harus saling mengenal, saling menjaga dan saling melindungi satu sama lain.

Kami harus melewati tebing dan sungai dengan bekal seadanya.

Dari pengalaman itulah saya mulai mengerti akan kebersamaan, kekompakan, saling mengenal, dan segala sesuatu itu bisa kita raih dengan mudah jika kita berjuang bersama – sama.

Pelajaran selanjutnya adalah dalam satu kelompok kita harus saling mengerti kelemahan dan kekurangan satu dengan yang lainnya. Menjadikan itu semua untuk saling mengisi bukan saling menjatuhkan.

Ada satu pengalaman yang sangat menegangkan dari cerita saya dalam menjalani Latihan Dasar Garda Metal. Pada saat itu kita lagi melaksanakan acara Caraka Malam dimulai jam 00.00 WIB. Di tengah perjalanan ada empat kelompok yang tidak juga mau melanjutkan perjalanan dikarenakan salah paham akan instruksi yang disampaikan. Hingga akhirnya Panitia menjemput empat kelompok tersebut. Mereka tetap tidak mau melanjutkan perjalanan, sampai akhirnya penanggung jawab kegiatan menjemput dan meminta untuk balik ke posko.

Hari sudah pagi para peserta beristirahat sambil menunggu seluruh peserta selesai melaksanakan Caraka Malam semua. Para peserta mempergunakan waktu sebaik baiknya ada yang bersandar di pohon sambil tertidur, ada yang membersihkan badan di kali kecil karena memang airnya jernih dan ada pula yang ngobrol.

Tiba – tiba suasana jadi ramai dan geger ada yang berteriak – teriak memanggil Nama Christie, para peserta yang awalnya tertidur, bersihin badan, dan ngobrol semua terbangun dan semua mata tertuju pada lokasi Christie berdiri. Makin lama suara makin ramai sampai terikan – terikan saling bersahutan. Apa yang terjadi? Ternyata Christie sedang berada di pancuran air sedaang membersihkan badan dan bajunya dengan memakai celana dalam dan BH saja. Suasana mulai cair saat salah satu panitia mendatangi Christie untuk memakai lagi baju dan celananya.

Kita tidak bisa membeli pengalaman. Seberapapun harganya. Karena pengalaman adalah proses mengalami.

Itulah sebabnya, saya merasa bahagia bisa bergabung dengan serikat pekerja. Dengannya, saya kehidupan saya sebagai pekerja memiliki banyak warna. Bukan saja untuk diri sendiri, melalui serikat pekerja kami juga bisa berbhakti bagi orang lain.

Bukankah para alim mengajarkan, sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang paling banyak memberikan manfaat bagi orang lain?

Penulis: Agus Musta`in

==========
Tulisan ini merupakan hasil praktek pelatihan menulis yang diselenggarakan PUK SPAMK FSPMI PT Musashi di Training Center FSPMI. Jika organisasi (PUK/PC/KC) di wilayah anda membutuhkan jasa pelatihan menulis, hubungi redaksi KPonline pada email: koranperdjoeangan@gmail.com. Kami akan dengan senang hati untuk berbagi dan belajar bersama. Baca juga tulisan menarik lainnya dariĀ Peserta Pelatihan Menulis.

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

2 Komentar