Said Iqbal : Upah Naik Produktifitas Naik

Said Iqbal

SIARAN PERS

PRESIDEN KSPI: Upah Naik, Produktivitas Juga Akan Naik

Bacaan Lainnya

KSPI, Mengenai penjelasan mengapa tahun 2015 KSPI meminta kenaikan upah minimum 30% dan KHL 84 item.KSPI juga berpendapat,selain kenaikan upah, tentu produktivitas dan efisiensi kerja juga harus di tingkatkan, misal melalui pelatihan di internal perusahaan atau BLK pemerintah, dimana bagi pengusaha yang memberikan pelatihan kepada buruhnya maka akan dapat insentip pajak.

Misalnya : kenaikan upah minimum dalam 3 tahun signifikan karena faktor akumulasi dalam 20 tahun terakhir upah buruh murah sekali, jauh tertinggal dengan Thailand dan Philipina, sehingga begitu dirubah item KHL menjadi 60 item(sebelumnya 46 item) langsung terasa naiknya padahal masih tetap ada item KHL yang tidak rasional seperti dalam sebulan buruh hanya mengkonsumsi beras kualitas rendah 10 kg, ikan segar 5 potong, daging 0.75 kg dan tidak ada televise (untuk kebutuhan 3 tahun) atau pulsa SMS untuk komunikasi.

Itulah alasan kenapa upah naik signifikan. Tentu KSPI setuju produktivitas buruh harus ditingkatkan,tapi perlu diingat, bahwa keinginan meningkatkan produktivitas tidak bisa diminta hanya karena sudah menaikan upah minimum, tapi ada faktor lain juga yang harus dibenahi bila ingin meningkatkan produktivitas yaitu :

– Mengganti mesin – mesin tua dengan yang baru, banyak mesin – mesin tua di industri labour intensive Indonesia (tahun 70-80 an), para pengusaha tidak mencadangkan investasi untuk mesin baru jauh – jauh hari, tapi hanya berkutat upah murah saja. Di Vietnam dan Kamboja mereka pakai mesin Agak baru.

– SDM pekerjanya tidak ada training, karena pengusaha menganggap pendidikan/training adalah cost, padahal pendidikan untuk up grade skill adalah investasi,sekarang pengusaha Indonesia kelabakan karena tiba – tiba Vietnam, Myanmar, Bangladesh, Kamboja, Laos menjadi negara terbuka buat investasi,dan barulah para pengusaha Indonesia teriak naik upah tinggi dan produktivitas buruh rendah, jadi selama 20 tahun ini dengan segala proteksi pemerintah dan profit yang telah diraup,kemana saja? ini tidak adil.

– Faktor lain yang menunjang produktifitas adalah kreatifitas pengusaha dalam memperluas diversifikasi pasar dan metode produksinya,jangan hanya bermental pedagang.

Dengan melihat hal diatas,KSPI berpendapat bahwa produktivitas dan kinerja buruh Indonesia tidak kalah dengan buruh ASEAN dan negara lainnya asal di bandingkan “aple to aple atau head to head”, misal produktivitas buruh toyota,panasonic,honda,nissan,toshiba,suzuki,freeport,coca cola,newmont di Indonesia dibandingkan buruh perusahaan sejenis di Thailand,Malaysia,Philipina bahkan di Jepang, Korea, Eropa sekalipun. Tapi memang kalau kita bicara produktivitas secara nasional/global maka nilai produktivitasnya rendah karena jumlah penduduk Indonesia besar sekali (sebagai angka pembagi)terhadap PDB/GDP, tapi cara perhitungan ini tidak fair untuk menghitung produktivitas buruh Indonesia, apalagi di kaitkan dengan upah buruh yang murah walaupun dalam 3 tahun naik signifikan.

Sebagai bukti upah minimum di Jakarta Rp 2,4 juta, terus dari situ buruh membayar sewa rumah Rp 500 rb/bln, ongkos transportasi Rp 500 rb/bln, dan makan sebulan di warteg Rp 900 rb (sehari 3 kali makan dengan harga Rp 10 ribu sekali makan), maka sisa sebulan hanya Rp 500 rb (US$ 45/bln) jelas ini tidak adil. Dikala sisi lain, kelas menengah terus tumbuh dan para pengusaha bertambah kaya, lihat data 10 orang terkaya di Indonesia yang dilansir majalah Forbes yaitu no 1 pemilik rokok Djarum dengan kekayaan US$ 8,3 milyar tapi upah minimum buruhnya hanya Rp 1,5 juta di Kudus (USD 140/bln) dan 80% buruhnya adalah Outsourcing, begitu pula dengan pengusaha lainnya. Jadi kspi berpendapat mari tinggalkan kebijakan upah murah, saatnya diskusi tentang produktivitas dan upah layak serta jaminan sosial yang memadai.Produktivitas akan naik bila pengusaha dan pemerintah mau siapkan dana dan fasilitas.

Terima kasih

Said Iqbal Presiden KSPI/FSPMI

Pos terkait