Pantas Premium langka, Pengusaha SPBU Lebih Banyak Membeli Pertalite Karena Lebih Untung

Batam, KPonline – Bahan bakar minyak jenis premium mulai langka di sejumlah SPBU di Batam dan wilayah Indonesia lainnya. PT Pertamina menyebut, selama tiga bulan terakhir, tingkat konsumsi premium hanya tinggal 40 persen dari total pasar bahan bakar nasional.

VP Corporate Communication PT Pertamina Wianda Pusponegoro kepada media menampik kelangkaan premium di sejumlah SPBU disebabkan pembatasan premium. Selama ini, ia tidak pernah mendapatkan keluhan dari masyarakat soal hilangnya premium dari SPBU.

Bacaan Lainnya

“Kalau langka itu, orang mau beli tetapi tidak ada barangnya. Kalau barangnya masih ada di SPBU, silakan dikonsumsi. Tapi, saya tidak pernah menemui antrean di SPBU karena tidak ada premium,” ujarnya kepada media

Bahkan, Wianda menyebutkan, konsumsi premium secara nasional menurun sangat drastis. Selama tiga bulan terakhir, tingkat konsumsi premium hanya tinggal 40 persen dari total pasar bahan bakar nasional menurun dari 79 persen dibanding pertengahan tahun atau triwulan I 2016.

Dia memandang, hal itu disebabkan oleh kecenderungan konsumen yang beralih ke pertalite dan pertamax yang memiliki RON lebih tinggi dan baik bagi mesin kendaraan. Selain itu, harga premium, pertalite, dan pertamax tak terpaut jauh.

Sementara Field Marketing Retail Manager Marketing Operation, MOR II Pertamina RU III Plaju, Putut Andriatno berdalih, saat ini permintaan akan bahan bakar jenis khusus seperti pertalite, pertamax, pertamina dex semakin meningkat seiring kemajuan teknologi perusahaan otomotif.

“Perusahaan otomotif saat ini telah memproduksi kendaraan yang mengharuskan penggunaan bahan bakar non timbal dengan nomor oktan yang tinggi yaitu Pertalite dengan nomor oktan 90, Pertamax 90 dan Pertamina dex yang sulfurnya di atas 3300 Ppm,” ungkap Putut Andriatno, di kutip dari Tribunnews saat menghadiri undangan Rapat Dengar Pendapat dengan PT Pertamina Refinery Unit III Plaju di ruang rapat Komisi III, Selasa (17/1/2017).

Hal ini yang mengakibatkan pihaknya secara masiv memasarkan Pertalite dengan nomor oktan 90 lebih banyak.
Oleh karena itu juga membuat distribusi premium berkurang karena pengusaha SPBU juga lebih banyak membeli Pertalite yang dari segi bisnis lebih menguntungkan.

“Kalau dari instruksi pemerintah pusat, pertamina masih wajib menyediakan BBM subsidi jenis Premium dan Solar. Namun karena Pertalite lebih tinggi permintaannya, sehingga menyebabkan beberapa POM bensin hanya menyediakan satu jalur BBM jenis premium ini,” katanya.

Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) yang juga Presiden Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI), Said Iqbal berpendapat, dengan kelangkaan Premium di tambah dengan kenaikan TDL, beban hidup di masyarakat makin bertambah.

“Akibatnya, para buruh yang kebanyakan menggunakan sepeda motor mau tidak mau harus membeli Pertalite atau Pertamax yang notabene harganya terus meroket,” kata Iqbal, Sabtu (6/5/2017).

Oleh karena itu, KSPI dan buruh Indonesia mendesak Presiden Jokowi menggunakan kewenangannya untuk membatalkan kenaikan harga tarif dasar listrik, diiringi menambah jumlah pasokan BBM jenis premium.

Pos terkait