Ngobrol Sejarah Dengan Aktivis Buruh Usia 80 Tahun

Jakarta, KPonline – Orang-orang memanggilnya Pak Mansah. Dari keriput wajahnya nampak kedalaman jiwa seorang lelaki yang punya pengalaman panjang, sangat layak untuk diajak berbagi kisah.

Pak Mansah seorang anggota FSPKEP asal Surabaya. Usia beliau sudah masuk 80 tahunan. Namun soal semangat berorganisasi ,ia tidak mau kalah dengan yang muda. Beliau ikut hadir dalam kongres KSPI IV, tanggal 7 – 9 Februari 2017 di Grand Cempaka, Cempaka Putih, Jakarta.

Bacaan Lainnya

Sungguh beruntung, penulis punya kesempatan ngobrol dengan beliau di sela sela waktu istirahat makan di warung sambil santai.

Ada hal menarik saat mengetahui ternyata Pak Mansah punya hobi yang jaman sekarang boleh di bilang langka, yaitu kliping koran. Ini sudah di lakukan beliau sejak tahun 1950 an.

Ada cerita menarik, yangg di sampaikan tentang kliping korannya. Tentang cerita dalam berita.

Cerita tentang rokok siong / klembak . Pada saat perundingan dengan Belanda, wakil dari Indonesia waktu itu haji Agus Salim. Dalam ruang sidang, beliau menyalakan rokok siong nya dan menghembuskan asap nya ke segala arah. Delegasi Belanda terganggu dengan bau rokok tersebut. Beliau bertanya, apakah anda terganggu? Delegasi Belanda menjawab, ya.

Beliau menyampaikan, “Saya di negeri sendiri, hanya merokok dari rokok negeri saya. Anda sudah terganggu. Bagai mana dengan bangsa anda yang ke negeri saya dan menjajah, apa kira kira bangsa saya tidak terganggu?”, Suatu pernyataan yang penuh sindiran.

Ada juga cerita beliau tentang peristiwa perundingan masalah Irian Jaya. Saat perundingan, delegasi Indonesia tidak membawa pena untuk menanda tangani kesepakatan. Wakil Indonesia ini akhirnya pinjam pena dari wakil Belanda dan dipakai menanda tangani. Namun pena tersebut tidak di kembalikan. Malah di kantongin.

Delegasi Belanda meminta pena tersebut, di jawab oleh wakil Indonesia: “Saya pinjam pena anda, Dan anda ingat ketika saya tidak mengembalikan, namun bagaimana dengan Irian yang begitu besar, apakah anda tidak ingat untuk mengembalikan ke Republik Indonesia?”.

Itulah sepenggal cerita dalam berita yang beliau kumpulkan dalam kliping koran nya.

Lagi-lagi kalimat penuh philosophy dan sindiran yang mengena.
Begitulah, secuil kisah sejarah yang rasanya sulit untuk kita dapat kan dari buku buku sejarah sekalipun, padahal mengandung hal hal sangat bernilai untuk kita ketahui dan kita praktekan dalam peristiwa hidup nyata kita sesuai dengan kepentingan nya.

Mudah mudahan suatu saat nanti saya sempat membaca dan belajar banyak dari kliping pak Mansah. Jasmerah.

 

Ditulis oleh : Yoni Mulyo Widodo.
Wakil Ketua PP SPEE-FSPMI.

Pos terkait