Mister Beng-Beng, Orang Gila dari PUK, Tak Kusangka…

“..Seharusnya Anda sudah paham Bung..ini sudah melanggar Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003 dan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 100 tahun 2004. Anda ini HRD seharusnya anda lebih paham dibandingkan dengan saya..!!!..” suara menggelegar itu begitu keras terdengar dari ruangan direktur.

Yaa..Aku sangat familiar dengan suara orang tersebut. Orang seringkali dipanggil dengan sebutan “Orang Gila dari PUK”. Dan aku sebagai kawannya merasa bangga.

Bacaan Lainnya

Sudah hampir 2 tahun ini, 90 % perselisihan Hubungan Industrial yang dialami oleh pihak PUK dengan pihak management berhasil diselesaikan dengan baik olehnya. Yang 10 % lagi biasanya gagal, justru disaat “Orang Gila dari PUK” tersebut tidak ada di pabrik. Julukan tersebut disematkan oleh “oknum-oknum” pihak Management yang merasa tidak nyaman dengan kehadirannya. “Middle Management” seringkali dibuat pusing oleh “ulahnya” yang “eksentrik dan nyentrik”.

Cara-cara yang dia gunakan dalam perundingan dengan pihak management sangat tidak biasa. Diluar dugaan semua orang. Pernah suatu hari, kami cuti “bareng-bareng” 200 anggota di hari yang sama. Padahal jumlah total karyawan yang ada di pabrik hanya 300an orang dalam 2 shift, itu pun sudah termasuk jajaran Management hingga Office Boy. Bisa dibayangkan bukan bagaimana heboh dan kacau keadaan didalam pabrik.

Bambang memang mempunyai bermacam cara dan taktik dalam perundingan. Segudang tehnik dan siasat dalam “pertempuran” melawan pihak management yang sering berlaku sewenang-wenang dan tidak adil terhadap buruh-buruhnya. “Mister Beng-Beng” kami memanggilnya.

12 tahun bersamanya membangun pabrik dan nama besar perusahaan dari nol. Tak pernah ku mendengar keluh-kesah dari mulutnya. Malah yang ada kata-kata sakti nan bijaksana ketika ada anggota yang bermasalah. Dan bekerja di bagian Finance, Tax and Legal membuatku banyak tahu dari bagian Personalia, bahwa Mister Beng-Beng hampir tidak pernah lembur sejak bergabung dengan perangkat PUK 6 tahun yang lalu.

Dan aku tak menyangka, dengan upah yang “pas-pasan” Mister Beng-Beng sanggup membiayai 3 anak-anaknya yang masih sekolah. Padahal, aku dan istri beserta 1 orang anak saja sudah “engap-engapan”.

Dan aku tak menyangka, dengan upah yang “pas-pasan” Mister Beng-Beng sanggup membiayai 3 anak-anaknya yang masih sekolah. Padahal, aku dan istri beserta 1 orang anak saja sudah “engap-engapan”. Itu pun aku sudah lembur mati-matian, bahkan seringkali aku “merengek-rengek” meminta lembur ke atasanku. Tapi tetap saja, kebutuhan hidup yang tinggi dan kenaikan upah yang sudah “dikemplang” oleh Pemerintah lewat PP 78/2015 membuatku harus terus bertahan. Dan tidak lupa, aku juga harus sering berhutang ke koperasi untuk memenuhi kebutuhan dapur agar tetap bisa “ngebul’.

Dan hari ini, aku terpaksa tidak dapat membawa” si Butut tungganganku”, Kuda Besi keluaran tahun Jebot kata istriku. Sebab ada komponen kelistrikannya yang harus diperbaiki. Dan pagi tadi aku diantar oleh Mang Karta tetanggaku yang Tukang Ojek Pangkalan. Dan malam ini aku mau mencoba keajaiban teknologi zaman digital. Kuraih smartphone dari saku kemeja kerjakan dan kubuka aplikasi layanan transportasi online yang cukup booming saat ini.

Ku tekan tombol Pesan. Dan….

Haahhhhhh.. Muncul nama panggilan yang sangat akrab bagiku. Nama yang selama ini menjadi “momok menakutkan” bagi para oknum Management yang jahat. Nama yang selalu hadir disetiap aksi-aksi buruh. Nama yang selalu menjadi Pembela Kaum Buruh yang lemah dan sering dilemahkan oleh oknum pihak Management. Nama yang sudah kukenal sejak 12 tahun yang lalu. Tertera dengan jelas nama itu di layar smartphone milikku. Mister Beng-Beng.

 

Jadi selama ini……..

Pos terkait