Memahami Buruh dengan Lebih Idiologis

Tangerang, KPonline – Saya selalu terkesan dengan kegiatan pendidikan yang diselenggarakan oleh elemen buruh. Ini mengingatkan saya pada saat pertamakali mengikuti kegiatan seperti ini. Sekitar tahun 2001 yang lalu.

Sebagai buruh pabrik, mengikuti kegiatan seperti ini, bagi saya sesuatu yang istimewa. Itulah sebabnya, saat Ketua PUK saya saat itu, Mulyono (alm), mengajak saya untuk hadir dalam pendidikan dasar serikat pekerja, tanpa pikir panjang saya menyanggupi.

Bacaan Lainnya

Saya masih bisa mengingatnya. Saat yang pertama kali. Dalam pertemuan yang hanya sehari itu, saya mendapatkan pemahaman baru mengenai serikat pekerja. Sesuatu yang kemudian meneguhkan langkah saya, untuk memaknai buruh bukan lagi tentang pekerjaan yang dia lakoni. Tetapi soal jati diri. Juga harga diri.

Ketika itu, saya datang terlalu pagi. Bahkan ketika ruang pertemuan masih terkunci. Panitia belum ada yang datang. Terlalu bersemangat.

Saat acara berlangsung, ketika sesi diskusi kelompok, saya merasakan semangat yang menggelora. Itulah kesempatan bagi saya menumpahkan segala kekesalan dan permasalahan yang kami alami sebagai buruh pabrik. Merumuskan konsep, lalu belajar tentang bagaimana sebuah perselisihan harus diselesaikan.

Ketua KC FSPMI Tangerang, Akhmad Jumali, sedang memberikan sambutan dalam Pendidikan Dasar Serikat Pekerja di Kampoeng Kelapa (Foto: Media Perdjoeangan Tangerang)

Beberapa hari lalu, tepatnya hari Rabu tanggal 18 Januari 2017, saya diminta kawan-kawan Pimpinan Cabang SPAMK FSPMI Tangerang sebagai trainer dalam Pendidikan Dasar Serikat Pekerja yang mereka selenggarakan. Dalam pendidikan yang diselenggarakan di Kampoeng Kelapa, Tangerang, dihadiri tiga puluhan peserta dari berbagai unit kerja.

Ketika berdiri di hadapan para peserta, saya merasakan saat-saat yang sama, seperti 15 tahun lalu. Wajah-wajah yang antusias.

Tentang buruh dan serikatnya, sebagian sudah mengetahui sejak lama. Bedanya, melalui forum ini, peserta diajak untuk melihat dari sisi yang berbeda. Menukik kedalam. Bahwa buruh adalah bahasa idiologis. Ia bukan sekedar skrup dalam mesin industri.

Ketika saya datang, peserta sedang memasang spanduk dan menata kursi. Sambil menunggu seluruh peserta datang, saya dijamu minum kopi.

Pagi itu, acara dibuka dengan lagu Indonesia Raya dan dilanjutkan Mars FSPMI.

Baru kemudian Wakil Ketua PC SPAMK FSPMI Tangerang yang membidangi pendidikan, Kamidi, memberikan sambutan. Dilanjutkan dengan Ketua PC yang juga sebagai ketua Konsulat Cabang FSPMI Tangerang, Ahmad Jumali.

Di FSPMI, pendidikan terbagi dalam tiga kategori. Pendidikan Dasar, Pendidikan Lanjutan, dan Spesialisasi. Semua berangkat dari titik awal. Tak seorang pun memiliki keajaiban, langsung bisa. Ada proses didalamnya. Belajar. Bicara belajar, forum seperti ini adalah salah satu cara. Karena itu, beruntunglah bagi peserta, yang telah terpilih untuk ikut dalam kegiatan ini. Inilah inti yang disampaikan oleh Jumali.

Saya dapat menangkap semangat dalam kata-katanya. Bahwa buruh bukan sekedar mereka yang bekerja. Lebih penting dari itu, buruh adalah mereka yang berjuang untuk sebuah peradaban yang lebih baik, lebih sejahtera, dan lebih memanusiakan manusia.

Pos terkait