May Day, Buruh dan Masyarakat

Salah satu tema peringatan Hari Buruh ( foto : ITUC )

Jakarta, KPonline – Menjelang perayaan hari buruh Interansional atau May Day (1 Mei 2015), ada fenomena menarik yang bisa dirasakan dari tahun ke tahun yaitu masyarakat semakin familiar terhadap isu May Day. Dalam edisi kali ini editorial KP coba mengulas fenomena ini.

Jika ditarik beberapa puluh tahun yang lalu atau bahkan beberapa tahun yang lalu, editorial KP yakin hanya segelintir masyarakat yang memahami apa itu May Day. Itupun bisa dipastikan segelintir masyarakat tersebut merupakan aktifis buruh, yang hari-harinya berkecimpung di dunia perburuhan.

Bacaan Lainnya
Salah satu tema peringatan Hari Buruh ( foto : ITUC )
Salah satu tema peringatan Hari Buruh ( foto : ITUC )

Bahkan ada segelintir masyarakat lainnya yang mengatakan “May Day” merupakan panggilan dalam kondisi darurat, misalnya saat ucapan seorang pilot jika pesawat yang diterbangkannya dalam kondisi darurat.
Atau sebagian masyarakat lain pecinta film-film produksi Hollywood akan mengatakan “May Day” merupakan panggilan yang lazim dilakukan dalam sebuah peperangan, jika terjadi kondisi darurat.
Memang tidak salah, tapi jelas sangat sedikit manusia di Indonesia yang tahu kaitan antara “May Day” dan buruh.

Namun dalam kurun waktu 2 hingga 5 tahun terakhir kondisi ini berubah drastis. Sebagian masyarakat kita sudah semakin mahfum jika May Day merupakan sebutan “keren” dari perayaan hari buruh Internasional yang jatuh pada tanggal 1 Mei setiap tahunnya.

Perubahan ini sedikit terbantu oleh kebijakan pemerintahan SBY untuk memberlakukan hari libur nasional setiap 1 Mei, sehingga masyarakat menjadi tahu kalau May Day merupakan hari buruh Internasional.

Namun editorial KP menilai, fenomena ini lebih disebabkan semakin terorganisirnya gerakan buruh di Indonesia. Hingga tidak heran jika hampir diseluruh pelosok nusantara bisa ditemukan rakyat yang berprofesi sebagai buruh berstatus sebagai anggota serikat buruh.

Apalagi saat ini gerakan buruh tidak hanya terkungkung oleh isu-isu yang bersifat “ekslusif” misalnya upah layak, jam kerja, PHK dan lainnya. Namun saat ini terlihat isu perjuangan gerakan buruh mulai merambah ke isu-isu sosial lain yang lebih umum, misalnya isu jaminan kesehatan dan kelahiran BPJS Kesehatan menjadi salah satu bukti.
Perluasan isu perjuangan jelas menguntungkan gerakan buruh, walaupun menyerap energi organisasi yang jauh lebih besar, setidaknya pandangan masyarakat yang awalnya terlihat tidak familiar dan sedikit apatis maka akhir-akhir ini mulai berubah menjadi sikap mendukung.

Editorial KP menilai kondisi ini perlu dipertahankan dan ditingkatkan. Apalagi jika rencana “Buruh Go Politik” benar-benar terwujud, jelas dukungan masyarakat umum menjadi faktor keberhasilan yang paling menentukan.
Di akhir tulisan, Editorial KP berharap perayaan May Day 2015 ini benar-benar bisa dimanfaatkan oleh buruh untuk menarik dan meningkatkan dukungan masyarakat. Kuncinya hanya satu, kesejahteraan rakyat harus tetap menjadi isu utama perjuangan gerakan buruh. *Red*

Pos terkait