KSPI Memutuskan Turun ke Jalan: Aksi Bela Palestina

Jakarta, KPonline – Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) memutuskan untuk turun ke jalan dalam aksi bela Palestina yang akan diselenggarakan pada hari Minggu (17/12/2017) di depan Kedubes Amerika Serikat. Keputusan ini diambil dalam rapat gabungan antara Majelis Pertimbangan Organisasi (MPO) dan Dewan Eksekutif Nasional (DEN), pada hari Jum`at sore (15/12/2017).

Keputusan ini disambut baik jajaran KSPI dan afiliasinya. Meskipun terbilang mendadak, persiapan segera dilakukan.

Aksi ini lebih dari sekedar balas budi terhadap Palestina, yang dalam buku “Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri” disebut sebagai negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia. Saat itu, melalui Mufti Besarnya Amin Al Husaini, Palestina bahkan menggalang negara-negara Islam untuk memberikan pengakuan, hingga akhirnya Mesir, Suriah, Irak, Lebanon, Yaman, Arab Saudi dan Afganistan memberikan pengakuan terhadap kemerdekaan Indonesia.

Gerakan massa internasional juga diperlihatkan ketika Pasca Agresi Militer Belanda yang pertama. Saat itu tanggal 9 Agustus, ketika kapal Volendam milik Belanda pengangkut serdadu dan senjata telah sampai di Port Said. Ribuan penduduk dan buruh pelabuhan Mesir berkumpul di pelabuhan itu.

Mereka menggunakan puluhan kapal boat dengan mengibarkan bendera merah putih di pesisir Port Said untuk mengejar, menghalau dan melakukan blokade terhadap kapal-kapal perusahaan asing yang ingin menyuplai air dan makanan untuk kapal Volendam milik Belanda yang berupaya melewati Terusan Suez, hingga kembali ke pelabuhan.

Wartawan Al-Balagh pada tanggal 10 Agustus 1947 melaporkan, Kapal-kapal boat yang dipenuhi warga Mesir itu mengejar kapal-kapal besar dan sebagian mereka dapat naik ke atas deknya. Mereka menyerang kamar stirman, menarik keluar petugas-petugasnya, dan membelokkan kapal-kapal besar itu ke jurusan lain.

Pengakuan negara lain atas kemerdekaan Indonesia menjadi sangat penting. Karena syarat berdirinya sebuah negara yang berdaulat harus ada pengakuan dari bangsa-bangsa lain. Dalam hal ini, Palestina adalah negara yang pertamakali mengakui kemerdekaan Indonesia. Ini sejarah yang tak bisa kita lupakan.

Kemerdekaan adalah hak segala bangsa. Karena itu, pernyataan Presiden Amerika Serikat Donald Trum yang menyatakan Yerusalem sebagai Ibukota Israel harus dilawan. Apalagi, pernyataan ini sekaligus menjadikan Amerika sebagai negara pertama di dunia yang secara resmi mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Padahal, seperti kita ketahui, Yerusalem merupakan jantung konflik panjang Israel-Palestina. Sebelumnya, Israel mencaplok Yerusalem Timur yang bagi Palestina merupakan ibu kota negara mereka di masa depan.

Tentu saja, kaum buruh Indonesia tidak akan tinggal diam. KSPI akan ambil bagian untuk melakukan pembelaan terhadap Palestina.

Dukungan ini sejalan dengan sikap Konfederasi Serikat Pekerja Sedunia (International Trade Union Confederation/ITUC) yang beranggotakan 181 juta pekerja di 163 negara dan wilayah yang memiliki 340 afiliasi nasional.

Sekretaris Jenderal ITUC Sharan Burrow mengatakan, bahwa pengumuman Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel adalah tindakan yang memecah belah dan sembrono. Bahkan sikap ini merusak upaya perdamaian antara Israel dan Palestina.

“Pengumuman Presiden Trump, yang secara pre-emptively dan secara sepihak mendefinisikan status tersebut, bukan hanya penghinaan terhadap orang-orang Palestina, terutama mereka yang tinggal di Yerusalem dan menghadapi. Ini juga merusak upaya untuk mewujudkan perdamaian dan pembentukan solusi dua negara berdasarkan perbatasan tahun 1967 dan sesuai dengan Resolusi 242 Dewan Keamanan PBB 242 dan 338, “katanya