Kisah Buruh Perkebunan Yang Berjuang dan Menang

Labuhanbatu, KPonline – “Saya bangga bisa bergabung dan menjadi bagian dari FSPMI.” Dia menyampaikan testimoninya di hadapan puluhan orang yang hadir. Kami duduk melingkar. Mendengarkannya bercerita.

Sebelum melabuhkan pilihannya pada Federasi Serikat Pekerja Indonesia (FSPMI), mereka sudah 2 kali berpindah serikat. Mereka, para pekerja ini, bekerja di sebuah perusahaan yang bergerak di sektor perkebunan yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara.

Bacaan Lainnya

“FSPMI adalah serikat pekerja kami yang ketiga, sekaligus yang terakhir,” katanya. Dia berharap ini adalah petualangannya yang terakhir setelah berganti-ganti serikat.

Bersama FSPMI, segalanya berubah. Baru empat bulan bergabung, akhirnya mereka mendapatkan kemenangan. Upah yang tadinya mereka terima hanya dalam kisaran 1,7 juta hingga 2,2 juta per bulan. Nilai ini di bawah upah minimum.

Setelah bergabung dengan FSPMI, kini mereka mendapatkan upah minimal 2,5 juta. Ini adalah upah minimum sektoral. Lebih besar dari upah buruh kebanyakan di daerah ini.

Padahal, sebelumnya, tuntutan agar para buruh di berikan upah lebih baik tak pernah digubris.

Tidak hanya itu, hubungan industrial di tempat bekerja juga semakin baik.

Ketika saya tanyakan, apa rahasianya sehingga bisa mendapatkan kemenangan ini? Mereka menjawab: nama besar FSPMI.

Bagaimana mungkin nama besar serikat pekerja bisa memberikan konstribusi pada kemenangan kaum buruh?

Dia menjawab. Karena FSPMI adalah serikat pekerja yang kuat dan memiliki jaringan nasional hingga internasional. Itulah sebabnya, akhirnya pihak pengusaha berhitung untuk mengabaikan tuntutan serikat pekerja.

“Sebelumnya mungkin perusahaan tidak menganggap kami ada, karena toh kalaupun tuntutan kani ditolak, kami tidak bisa berbuat apa-apa,” ujarnya.

Bekerja di perkebunan yang bahkan tidak ada sinyal telepon apalagi internet bukanlah perkara mudah. Apalagi akses ke pusat pemerintahan tergolong jauh. Hanya untuk bisa Ibukota Provinsi, tempat PHI berada, mereka harus menempuh jarak hingga 8 jam.

Saat ini jarak bukan lagi penghalang. Sebab pengurus di tingkat Provinsi bisa mewakilinya jika membutuhkan dukungan dari provinsi. Dewan Pimpinan Pusat, dari Jakarta, juga beberapa kali berkunjung untuk memberikan pelatihan.

FSPMI adalah pilihan. Bukan kebetulan. Mereka sempat searching di internet untuk mencari tahu tentang FSPMI. Semakin bulat tekat mereka, karena pergerakan FSPMI-KSPI yang paling menonjol diberitakan.

Kini di Labuhanbatu sudah ada beberapa unit kerja. Kebanyakan adalah perusahaan perkebunan. Mereka percaya organisasi ini akan terus berkembang di Sumatera Utara.

Pos terkait