Kekerasan Polisi Terhadap Buruh Kembali Terjadi, Begini Kronologisnya

Surabaya, KPonline – Aksi buruh di Jawa Timur pada 10 November 2017 sudah usai. Massa kembali pulang ke daerahnya masing-masing. Mereka berasal dari Surabaya, Sidoarjo, Mojokerto, Pasuruan, dan sebagainya.

Tragedi pada sore itu bermula, ketika salah satu buruh yang pulang aksi bersama rombongan dihentikan Polantas. Kunci kontak motor diambil oleh Polantas yang berjaga di perempatan A. Yani, Margorejo.

Mengetahui temannya dihentikan Polisi, massa aksi berhenti di jalan. Mereka menanyakan, mengapa kunci kontak motor diambil. Buruh juga meminta Polantas agar segera mengembalikan kontak motor tersebut.

Jumlah rombongan sebenarnya tidak banyak. Hanya puluhan orang.

Di belakang buruh yang berhenti itu, sudah berjejer mobil kepolisian. Ada 1 unit water canon, 1 unit bus, dan 3 kompi truk Sabhara. Aparat kepolisian ini baru saja mengamankan aksi yang dilakukan buruh, yang mengikuti di belakang rombongan buruh.

Posisi mokom dan massa aksi pada saat itu sudah minggir ke kiri. Jika mau, jalur kanan seharusnya bisa dilewati oleh barisan konvoi aparat polisi.

Tetapi karena jarak mobil water canon berhentinya terlalu mepet dengan mokom Sidoarjo, hingga akhirnya untuk berpindah haluan dari kiri ke kanan tidak bisa.

Tanpa ba bi bu. Tidak ada negosiasi dan koordinasi, polisi yang berada di dalam 3 truk turun dan langsung menyerang buruh dengan pentungan. Mereka memukuli buruh yang berhenti.

Akibatnya, sejumlah orang terluka. Kerusakan pada motor dan mokom pun tak terelakkan. Hingga kaca depan mokom Sidoarjo pecah total beserta spion kanan dan kiri.

Setidaknya 6 orang buruh harus dilarikan ke rumah sakit akibat kejadian ini. Terdiri dari 2 orang perempuan dan 4 orang laki-laki.

Seluruh korban luka-luka sudah diperbolehkan kembali pulang ke rumah masing-masing, kecuali 1 orang perempuan asal Sidoarjo, Rina.

Rina adalah istri dari LBH FSPMI Jawa Timur, Agus S. Rina harus menjalani operasi tulang iga di RS Delta Surya Sidoarjo.

Mendapat informasi bahwa mobil water canon yang deket dengan mokom, saya teringat dengan apa yang terjadi di Jakarta dalam waktu yang sama.

Mokom Bekasi yang diatasnya ada para pemimpim buruh salah satunya bung Said Iqbal juga dipepet terus. Bahkan seperti hendak akan di tabrak. Terus diikuti, dari dewan Wisma Antara (patung kuda), bahkan hingga Stasiun Sudirman.

Budi Wardoyo, aktivis buruh yang juga berada di mobil komando mengatakan hal ini sebagai penghinaan. Sesuatu yang tidak bisa dibiarkan.

Sikap represif ini memang harus di lawan.