Jangan Pernah Lelah Mencintai Indonesia

Jakarta, KPonline – Pasar Ikan, Jakarta Utara.

Pagi itu ratusan ibu-ibu sudah bersiap-siap untuk menghadapi ratusan aparat yang hendak menggusur dan mengusir warga Kampung Akuarium. Katanya mereka menempati Tanah Negara, entah benar atau tidak, yang pasti mereka dan keluarganya sudah puluhan tahun menetap dan tinggal di tanah ini, di Kampung Akuarium.

Siang hari, seluruh lingkungan dimana mereka tinggal sudah rata dengan tanah. Lingkungan yang mereka tempati selama puluhan tahun sudah tinggal kenangan dan hanya menyisakan isak tangis dan rasa sakit hati yang mendalam.

Kepada siapa mereka harus mengadu? Kepada negara? Yang baru saja merampas kehidupan mereka?

Pegunungan Kendeng

21 Maret 2017, Ibu Pertiwi meratapi kepergian salah satu perempuan hebat. Ibu Patmi meninggalkan semangat dan perjuangan yang menggelora untuk mempertahankan tanah dan air Ibu Pertiwi ini. Pegunungan Karst di Kendeng menjadi perhatiannya, demi untuk menjaga warisan anak cucu di kemudian hari.

Di seberang Istana bersama masyarakat Kendeng lainnya, Ibu Patmi “memasung” kakinya sendiri seraya mengatakan kepada korporasi yang mengeruk batuan kapur di pegunungan Kendeng, bahwa dengan mengeruk batuan kapur di pegunungan Kendeng sama saja dengan “memasung” masyarakat Kendeng dan “merampok” kekayaan alam Kendeng.

September – Oktober antara Surabaya – Jakarta,

Meskipun dihadang dan dihambat oleh aparat, Ade “Kenzo” Lukman tak gentar untuk terus melanjutkan perjalanannya. “Tembak saja Pak..!!..” kalimat itu meluncur begitu saja dari mulutnya. Tak ada keraguan lagi dalam dirinya, dalam hatinya, masyarakat Indonesia harus mendapatkan perhatian dan pelayanan yang lebih baik lagi dalam layanan kesehatan. Carut marut BPJS Kesehatan semakin hari semakin bertambah tidak karuan. Hanya menginginkan perubahan ke arah yang lebih baik lagi. Apa yang dilakukannya bukan hanya untuk dirinya sendiri, melainkan lebih dari itu, untuk seluruh lapisan masyarakat.

Salahkah warga Kampung Akuarium? Salahkah mereka mempertahankan hak-hak mereka? Dimana peran negara ketika mereka kesusahan dan kesulitan? Apakah mereka tidak mendukung negara dalam memperbaiki lingkungan? Apakah mereka tidak mencintai negeri ini?

Salahkah masyarakat Kendeng? Salahkah mereka mempertahankan hak-hak mereka? Dimana peran negara ketika ada korporasi yang akan mengeruk keuntungan dan meninggalkan kerusakan lingkungan? Apakah mereka tidak mendukung negara dalam pembangunan negeri ini? Apakah mereka tidak mencintai negeri ini?

Salahkah Ade “Kenzo” Lukman? Salahkah beliau menyuarakan suara-suara masyarakat miskin ketika tidak mendapatkan pelayanan kesehatan yang manusiawi? Dimana peran negara ketika ada masyarakat miskin yang membutuhkan pertolongan dalam layanan kesehatan? Apakah beliau tidak mencintai negeri ini?

Aku. Kamu. Kalian. Mereka. Sangat mencintai negeri ini: Indonesia.