Ini Sambutan Presiden KSPI di Kongres Pertama KPBI

Jakarta, KPonline – Konfederasi Persatuan Buruh Indonesia (KPBI) menggelar Kongresnya yang pertama pada tanggal 2-4 September 2016. Dalam kesempatan itu, Presiden KSPI Said Iqbal berkesempatan hadir dan menyampaikan orasi politik dalam dalam Konggres KPBI. Berdasarkan catatan yang dibuat Sekretarisi Jenderal KSPI Muhammad Rusdi, berikut adalah isi dari pidato Said Iqbal:

Dalam kesempatan ini, saya berpesan kepada kita semua untuk tidak mudah berpecah belah. Bersatulah kaum buruh. Karena dengan persatuan itu, kita bisa menjadi lebih kuat.

Selanjutnya saya ingin mengingatkan, bahwa tidak ada perjuangan serikat buruh yang bersifat jangka pendek. Seperti di Jerman, Norwegia, Swedia dan negara Nordich lainnya, mereka membutuhkan waktu 100 hingga 150 tahun dalam perjuangan kesejahteraan upah dan jaminan sosial.

Termasuk di Finlandia, dimana sistem sosialnya seperti pendidikan, kesehatan, dan termasuk koperasinya adalah yang terbaik dan terkuat di dunia. Di Finlandia bahkan menjadi role model dalam mengimbangi kekuatan korporasi. Meskipun begitu, saat ini mereka juga sedang menghadapi tantangan ketika pemerintah ingin mengubah sistem jaminan sosial dengan memotong upah dan jaminan sosial.

Bayangkan, kesejahteraan yang mereka dapatkan dan diraih dalam kurun waktu 150 tahun, namun bisa berubah dan hilang akibat kerakusan pengusaha.

Di Jerman, di pabrik pesawat Air Bus, saya bertanya kepada mereka. Mengapa anda masih membutuhkan serikat pekerja? Mengapa anda masih meminta upah naik tinggi namun dengan jam kerja yang rendah? Bukankah anda sudah sejahtera?

Mereka menjawab, “Apa yang kami dapatkan bisa hilang dalam sekejap.” Itulah kenapa mereka berserikat.

Hal tersebut berbalik dengan kondisi buruh Indonesia, yang lebih senang kerja lembur disebabkan upahnya murah. Dengan upah murah membuat buruh bergantung pada sistem lembur. Mereka akhirnya bekerja hingga 12 jam.

Ini adalah kemunduran. Karena perjuangan buruh pada 190 tahun yang lalu adalah menuntut agar buruh bekerja hanya 8 jam kerja, 8 jam istirahat dan 8 jam bermasyarakat. Perjuangan ini kemudian kita peringati menjadi Mayday. Hari buruh sedunia.

Jam kerja panjang dengan upah murah sesungguhnya tidak berbeda dengan perbudakan, akibat berkuasanya para pemilik modal terhadap kita.

Bila anjing dan ayam bisa melampiaskan syahwatnya di siang hari, namun tidak bagi buruh yang dipaksa kerja panjang. Dunianya hanya kerja dan kerja. Pabrik dan pabrik.

Itulah mengapa kita harus terus berjuang. Jangan takut.

Bila Muhammad hanya mempunya sahabat 10 orang, Paulus mempunyai 12 orang, Napoleon mempunyai seorang istri, Hitler dengan Eva Brown, dan Sukarnao tidak membutuhkan ribuan orang untuk melakukan perubahan.

Perubahan selalu dilakukan oleh sekelompok orang yang mempunyai kesadaran kelas: the working class.

Dan malam ini KPBI sedang memulai perubahan. Bangun terus persatuan.

Mari kita lihat Indonesia. Indonesia adalah emerging country. Menurut data Bank Dunia, Indonesia masuk dalam 10 negara besar dunia, yang diukur dari purchasing power parity. Pertumbuhan ekonomi Indonesia salah satu yang terbesar dibawah Cina.

Namun bagaimana nasib buruh hari ini? Kaum buruh belum mendapatkan kesejahteraan.

Kita kaum buruh harus terus berjuang untuk merubah nasib dan menentukan nasib kita sendiri. Jangan sampai buruh apolitis, sehingga politik dikuasai oleh para pengusaha hitam.

Kalau kita ditanya. Mengapa buruh berpolitik? Mengapa buruh demo terus? Mengapa buruh mogok terus?

Jawabnya iya. Buruh akan berpolitik. Buruh akan terus berjuang. Buruh akan terus demo.

Sampai kapan?

Sampai buruh dan keluarganya bisa hidup sejahtera. (*)