Ibarat Bunga Sedang Mekar, Solidaritas Tumbuh Setelah Polri, BNN, dan TNI Melaporkan Haris Azhar

Jakarta, KPonline – Akhirnya Polri, BNN, dan TNI melaporkan Koordinator KontraS Haris Azhar ke polisi. Haris dilaporkan setelah menulis ‘Cerita Busuk Dari Seorang Bandit’ di media sosial. Dalam tulisan itu, dia mengungkap informasi yang disebutnya berasal dari Freddy Budiman.

Itulah awalnya. Kemudian Haris dianggap mencemarkan nama baik institusi lembaga penegak hukum.

Bacaan Lainnya

Bukannya menggunakan informasi itu sebagai pintu masuk untuk membongkar mafia peredaran narkoba, Haris justru terancam masuk penjara. Tidak berlebihan jika kemudian banyak pihak yang menilai, ini merupakan bentuk kriminalisasi.

Menyikapi hal itu, pada Kamis sore (4/8), bertempat di Pimpinan Pusat Muhammadiyah, sejumlah elemen masyarakat yang menamakan dirinya Gerakan Indonesia Berantas Mafia Narkoba mengkritik sikap Polri, BNN, dan TNI yang melaporkan Koordinator Kontras itu ke polisi. Hadir dalam pertemuan ini Sekjen KSPI Muhammad Rusdi, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak, Tokoh buruh Muchtar Pakhpahan, Pegiat HAM Usman Hamid dan Suciwati, aktivis senior Hatta Taliwang, Peneliti Pusat Studi Hukum dan Kebijakan (PSHK) Miko Ginting, LBH Jakarta Arif Maulana, dan lainnya. Mereka berpendapat, tidak seharusnya Haris Azhar dilaporkan ke polisi.

Berbagai elemen masyarakat memberikan dukungan untuk Haris Azhar. (Foto: Kompas.com)
Berbagai elemen masyarakat memberikan dukungan untuk Haris Azhar. (Foto: Kompas.com)

Boleh dikata, ibarat bunga yang sedang mekar, solidaritas justru tumbuh setelah Polri, BNN, dan TNI melaporkan Haris Azhar. Keberanian harus ditunjukkan. Solidaritas sosial harus ditumbuhkan. Jika tidak, kita khawatir, masyarakat akan ketakutan untuk menyampaikan informasi awal guna mengungkap kejahatan yang lebih besar.

“Lembaga-lembaga yang selama ini harusnya melindungi masyarakat justru bersikap bertahan dan berusaha melindungi diri sendiri,” kata Suciwati dalam pertemuan itu.

Sederhana. Kalau aparat di lembaga-lembaga itu bersih, harusnya mereka tidak perlu merasa kebakaran jenggot. Orang-orang yang berani mengungkap kejahatan harusnya dilindungi, bukan dikriminalisasi. Jika tidak, rakyat akan semakin apatis, individualis, dan cenderung tidak lagi percaya bahwa negara ini dikelola dan dikendalikan oleh orang baik.

Lepas dari itu, dukungan yang diberikan kaum buruh terhadap Haris Azhar merupakan sebuah upaya untuk membangun budaya baik. Ini menjadi momentum untuk menghidupkan kembali apa yang dulu pernah populer di kalangan buruh dengan sebutan “Solidaritas Tanpa Batas”.

Ini juga sebentuk kedewasaan dalam bersikap. Kriminalisasi, apapun bentuknya, adalah musuh bersama. Dan karena ia musuh bersama, maka sudah tepat jika semua elemen gerakan bersatu untuk menghadapinya.

Seperti halnya pembelaan yang kita lakukan terhadap 26 aktivis, ini bukan semata-mata membela Haris. Apa yang kita lakukan melampaui sebuah nama. Ini adalah cara kita melawan mafia dan aparat korup. Sebab kalau semua diam, siapa lagi yang akan menyuarakan kebenaran? (*)

Pos terkait