Hubungan Antara Asmara dan Ketenagakerjaan

Sidoarjo, KPonline – Sekarang memang berbeda kondisinya, Pe.

Saudara-saudaraku se-pabrik banyak yang belum memiliki kesadarannya sendiri. Sehingga mereka tak punya kepekaan menganalisa berbagai masalah ketenagakerjaan. Banyak yang hanya memikirkan kepentingannya pribadi. Mencari selamat sendiri. Tak peduli meskipun harus jilat sana jilat sini.

Kau tahu kan, Pe. Permasalahan ketenagakerjaan di tempat kita sangat rumit.

Namun begitu, kebanyakan teman-teman kita itu hanya bisa merasa galau ketika masalah asmaranya sedang rumit. Ketika nggak punya duit untuk mentraktir pacarnya. Ketika wakuncar tiba, pada saat yang bersamaan sudah tanggal tua.

Dikiranya masalah ketenagakerjaan tak ada hubungannya dengan masalah asmara yang rumit itu. Tindakkah mereka sadar, bahwa para mertua akan cenderung memilih menantu yang punya pekerjaan layak, Pe.  Sementara pekerjaan yang layak adalah bercermin dari kehidupan yang layak. Dan kehidupan yang layak banyak disumbang oleh perolehan upah hasil kerjanya di pabrik.

Pe, upah yang layak itu bagian dari rumitnya masalah ketenagakerjaan kita. Disamping persoalan yang lain, seperti status kerja dan jaminan sosial yang masih acak kadut.

Sayang banyak yang apatis melihat kondisi itu. Dikiranya nasib suatu kaum akan berubah degan sendirinya. Lalu mereka terdiam, merasa bahwa kerumitan hidupnya sudah menjadi nasib.

Dikiranya masalah ketenagakerjaan yang kita perjuangkan tak ada hubungannya dengan solusi rumitnya kehidupan mereka.

Mereka keliru, Pe. Bahkan sesat pikir. Kita harus memiliki keyakinan yang kuat, bahwa apa yang kita tanam itulah yang akan kita tuai. Apa yang kita perjuangkan, itulah yang akan kita nikmati. (*)

Sidoarjo, 18 Maret 2015