Film Independen Masuk Kampus

Bekasi, KPonline – Film dokumenter yang mengisahkan pergerakan relawan dalam mengusung Obon Tabroni-Bambang Sumaryono (Obama) maju dalam Pilkada Kabupaten Bekasi 2017 menarik perhatian banyak pihak.

Salah seorang pembuat film Deny Ahmad Furqon menyampaikan bahwa dalam seminggu sejak di-upload di Youtube, film dokumenter ini sudah ditonton hampir 3.000 kali. Bahkan, sejumlah kampus di Jakarta berencana akan membedah film yang berjudul Independen:Gerakan Politik Rakyat itu.

Bacaan Lainnya

“Alhamdulillah, sudah ada beberapa kampus di Jakarta yang berencana menayangkan dan mendiskusikan film dokumenter ini,” ungkapnya, Kamis (19/1).

Menurut dia, alasan sejumlah kampus  membedah film karena bisa menjadi bahan pembelajaran untuk mahasiswa. “Ada yang melihatnya sebagai inovasi produk komunikasi politik. Ada juga yang melihatnya sebagai social movement. Bagi kami yang terpenting adalah bisa saling menginspirasi,” ujar Daf, sapaan akrabnya.

Namun demikian, Daf belum mau  membeberkan kampus mana saja yang akan menayangkan film tersebut. “Nanti kita kabari lagi,” lanjutnya.

Sebelumnya, Andi Superi yang juga merupakan salah satu pembuat film dokumenter berjudul Independen: Gerakan Politik Rakyat ini membuat pernyataan yang mengejutkan melalui akun media sosial miliknya. Dia menyatakan secara terbuka, bahwa dirinya bukan sineas. Tak pernah membuat film. Apalagi dokumenter.

Kemudian dia mengatakan, “Saya hanya orang yang digerakan. Digerakan untuk memaksa diri belajar. Digerakan oleh apa yang saya lihat dilakukan relawan Obon Tabroni.”

Ini dahsyat. Betapa politik bisa menginspirasi banyak orang untuk menjadi lebih kreatif. Andi adalah buktinya. Bersama teman-temannya, dia membuat sebuah film dokumenter yang ditunggu-tunggu banyak orang: independen.

Sebuah film yang dibuat dengan peralatan seadanya. Tanpa bayaran. Semacam dedikasi dari relawan Obon Tabroni untuk menebar inspirasi bagi masyarakat untuk semakin giat dalam berkarya.

Simak pengakuannya yang mengejutkan ini. Betapa energi itu mengalir kepada kita.

Apa yang relawan Obon lakukan sebetulnya sederhana. Mereka bergerak selama satu tahun lebih untuk mengumpulkan KTP demi mengusung calon bupati melalui jalur independen. Hampir setiap hari mereka berkelilling dari kampung ke kampung demi mewujudkan harapan perubahan tentang daerahnya.

Menjadi tidak sederhana ketika mengetahui mereka bergerak dengan modal sendiri. Mereka rela mengeluarkan uang, waktu, tenaga, dan pikirannya untuk tujuan itu.

Menjadi tidak sederhana, ketika kesadaran politik itu muncul dari bawah. Mereka diantaranya adalah buruh, nelayan, petani, tukang pancong, tukang ketoprak, komunitas difabel, dll.

Menjadi tidak sederhana ketika mengetahui bagaimana mereka teguh dan konsisten dalam pergerakannya. Sementara mereka harus berhadapan dengan begitu banyak tantangan. Mereka harus berhadapan dengan budaya politik uang. Mereka harus berhadapan dengan aturan yang dibuat elit untuk mempersulit calon independen. Dan banyak lagi.

Menjadi tidak sederhana karena ini tampak seperti antitesis dari kondisi politik kita sekarang yang cenderung elitis dan transaksional. Mereka seolah menampik stigma politik semacam itu.

Menjadi tidak sederhana karena mereka digerakan oleh harapan perubahan. Bukan karena identitas SARA atau uang.

Sebuah partisipasi politik yang dicita-citakan reformasi. Sebuah pertisipasi dalam demokrasi elektoral yang sering menjadi wacana panel para elit dan kaum intelektual. Hebatnya, di sini mereka bukan sedang berwacana. Di sini mereka sudah menjalaninya.

Menurut saya dan teman-teman yang membuat film ini, gerakan relawan Obon harus ditularkan. Kami percaya, semakin banyak orang bergerak dalam cara yang sama, cita-cita reformasi semakin mungkin diwujudkan.

Hanya keyakinan dan niat itulah yang menjadi modal kami merekam dan menyuguhkankan gerakan politik rakyat ini. Semoga bisa saling menginspirasi.

Pos terkait